Rupiah Pelan-Pelan Pangkas Pelemahan, Bisa Balik Menguat Nih?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2021 13:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah pelan-pelan memangkas pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (16/7/2021). Di sisa perdagangan hari ini, rupiah juga memiliki peluang membalikkan keadaan.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di Rp 14.490/US$. Rupiah semakin terdepresiasi hingga 0,38% ke Rp 14.535/US$, sebelum perlahan memangkas pelemahan tersebut. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.500/US$, melemah 0,14% di pasar spot.

Di pasar non-deliverable forward (NDF) rupiah siang ini lebih kuat ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi. Dengan demikian, peluang rupiah berbalik menguat terbuka cukup lebar.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.537,00Rp14.480,6
1 BulanRp14.577,00Rp14.532,0
2 BulanRp14.628,00Rp14.580,0
3 BulanRp14.687,00Rp14.643,0
6 BulanRp14.848,00Rp14.801,0
9 BulanRp14.994,00Rp14.946,0
1 TahunRp15.163,00Rp15.092,1
2 TahunRp15.801,10Rp15.802,9

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Dolar AS sedang galau, sebab adanya silang pendapatan antara pejabat elit bank sentral AS (The Fed) mengenai tapering.

Presiden The Fed wilayah Chicago Charles Evans mengindikasi tapering bisa terjadi di tahun ini. Ia mengatakan perlu melihat perbaikan pasar tenaga lebih lanjut, untuk memulai tapering. Dan menurutnya perbaikan tersebut akan tercapai di tahun ini.

"Melihat beberapa bulan terakhir, pertumbuhan pasar tenaga kerja lebih lambat dari yang saya perkirakan. Saya akan bilang masih ada beberapa hal yang perlu dinilai untuk mencapai kemajuan substansial yang kita perlukan untuk merubah kebijakan moneter kami," kata Evans, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (15/7/2021).

Pasar pun dibuat bingung mengenai kapan tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan. Saat ini, QE The Fed senilai US$ 120 miliar per bulan.

Sebelumnya, ketua The Fed Jerome Powell meredam spekulasi tapering akan dilakukan di tahun ini. Powell berbicara dalam rangka Semi Annual Monetary Policy Report di hadapan House Financial Services Committee kemarin malam, dan mengatakan belum akan merubah kebijakan moneternya. Sementara itu inflasi tinggi di AS, yang kembali memunculkan spekulasi tapering di tahun ini, sekali lagi ditegaskan hanya bersifat sementara, dan ke depannya tekanan inflasi akan moderat.

Menurut Powell, tolak ukur The Fed yakni "kemajuan substansial" menuju pasar tenaga kerja penuh (full employment) dan stabilitas harga masih "jauh" dari kata tercapai.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular