
Dinamika di RI Bikin Kurs Dolar Singapura Naik-Turun Terus

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura bergerak naik turun melawan rupiah pada perdagangan Kamis (15/7/2021). Kabar baik dan buruk yang datang dari Indonesia menjadi pemicu tingginya volatilitas Mata Uang Negeri Merlion.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura hari ini sempat menguat 0,3%, kemudian berbalik melemah 0,17%. Pada pukul 14:31 WIB, dolar Singapura berbalik lagi menguat 0,15% di Rp 10.707,69/SG$.
Rupiah sedang mengalami tekanan akibat kemungkinan diperpanjangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi.
PPKM Mikro Darurat kemungkinan besar diperpanjang, sebab rekor penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) pecah lagi. Kemarin mencatat rekor 54.517 orang, melewati rekor hari sebelumnya 47.899 orang.
Kemungkinan perpanjangngan tersebut tersirat dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
"PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan," tulis bahan paparan Sri Mulyani saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).
Tetapi, rupiah sempat mendapat tenaga dari rilis neraca dagang yang membuat dolar Singapura masuk ke zona merah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus pada Juni 2021. Ini karena ekspor masih lebih tinggi ketimbang impor.
Pada Kamis (15/7/2021), Kepala BPS Margo Yuwono mengumumkan nilai impor Indonesia bulan lalu adalah US$ 17,23 miliar. Melesat 60,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Terhadap Mei 2021 (month-to-month/mtm), impor tumbuh 21,03%.
Tingginya impor tersebut menjadi indikasi perekonomian dalam negeri masih bergeliat, meski menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Tetapi, pada bulan Juli masih menjadi tanda tanya, sebab PPKM Mikro Darurat mulai diterapkan.
Sementara itu nilai ekspor Juni 2021 diumumkan sebesar US$ 18,55 miliar. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 1,32 miliar.
Kali terakhir Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan adalah pada April tahun lalu. Artinya, neraca perdagangan terus mengalami surplus selama 14 bulan beruntun.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor tumbuh 48,675% yoy dan neraca perdagangan surplus US$ 2,15 miliar. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan impor naik 51,35% dan neraca perdagangan surplus US$ 2,23 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal
