
Perhatian! Rebalancing, Investor Kakap Borong Saham Teknologi

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan manajer investasi, pengelola dana pensiun melakukan rebalancing portofolio seiring dengan kondisi pasar saham yang masih tertekan. Salah satunya meningkatkan porsi di saham-saham berbasis teknologi, namun tetap dilakukan secara selektif.
Tekanan ini sebagai akumulasi dari berbagai sentimen negatif seperti kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia, pemberlakukan kebijakan PPKM Darurat yang menyebabkan aktivitas perekonomian menjadi terhambat yang turut berimbas ke pasar modal.
Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto mengungkapkan, pihaknya melakukan rebalancing portofolio secara berkala dari waktu waktu mengikuti perkembangan dana kelolaan, evaluasi pada aspek fundamental perusahaan, dan perkembangan kondisi terbaru, termasuk Bursa Efek Indonesia yang akan mengocok ulang konstituen LQ45 untuk periode 6 bulan mendatang pada Juli ini.
Rudi menjelaskan, strategi rebalancing yang dilakukan ialah dengan mencari sektor atau saham yang ada potensi earnings, valuasi yang rendah, dan adanya aksi korporasi yang akan dilakukan dalam waktu dekat, sehingga bisa meningkatkan harga dan atau partipasi pada IPO sektor yang prospektif serta mengatur porsi aset investasi.
Salah satu sektor yang menjadi rebalancing adalah teknologi. Pasalnya, sektor ini cukup diramaikan dengan hadinya unicorn yang melantai di Bursa Efek Indonesia seperti Bukalapak dengan membidik dana IPO jumbo.
"Sektor terkait teknologi saat ini memang sedang booming, namun karena valuasi yang tidak mengikuti kaidah konvensional atau terlalu tinggi, kami memang berminat, tapi selektif dan menjaga agar porsinya tidak terlalu dominan," ungkap Rudi, dalam kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/7/2021).
Namun demikian, Rudi menekankan, ke depannya perusahaan di sektor ini dalam jangka panjang harus membuktikan kemampuannya mencetak laba dan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Sementara itu, pengamat pasar saham MNC Asset Management, Edwin Sebayang mengungkapkan, pihaknya justru tidak terlalu tertarik melakukan pembelian saham di sektor teknologi seperti Bukalapak, mengingat dari sisi fundamental kinerja keuangannya masih merugi.
Menurut Edwin, investor seperti Bukalapak lebih akan diminati investor ritel, mengingat pengelola dana besar pasti menginginkan adanya pembagian dividen. Namun, untuk perusahaan startup yang masih merugi akan sulit mewujudkan hal itu.
"Ujungnya investor nanti akan melihat kinerja fundamentalnya, jadi jangan jual mimpi," kata Edwin Sebayang.
Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri menjelaskan, di masa seperti sekarang ini, meskipun kondisi pasar masih dilanda ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, para pengelola dapen tetap menempatkan instrumen investasi sesuai strategi masing-masing perusahaan.
"Saya belum melihat ada perubahan. Dapen tetap stick pada target alokasi yang sudah mereka rencanakan dan kondisi pasar tidak terlalu berpengaruh signifikan atas pilihan investasi dapen," kata Suheri, kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/6/2021).
Director PT Avrist Asset Management, Tubagus Farash menyarankan untuk melirik saham yang valuasinya belum mahal, berfundamental baik namun jangka panjang berpotensi pulih. Sedangkan untuk investasi jangka menengah bisa memilih reksa dana fixed income.
"Dari sisi valuasi, bonds kita masih sangat menarik, valusai saham big cap year to date harga masih turun, secara valuasi tidak mahal. Saya prefer untuk menambah investasi yang fundamental baik dan likuid," ujarnya.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gak Ada Capeknya, Saham Teknologi 'Ngamuk' & ARA Berjamaah