IHSG Terguncang & Drop 1%, Investor Ritel Mau Beli Bukalapak?

Putra, CNBC Indonesia
Rabu, 14/07/2021 14:02 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di awal sesi 2 dengan depresiasi 1,03% ke level 5.950,24 pada perdagangan Rabu (14/7/21) di tengah terus melesatnya kasus Covid-19 di dalam negeri. 

Investor tampaknya banyak melepas saham hari ini untuk mendapatkan dana tunai untuk memesan saham perdana PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Ini membuat sejumlah saham 

Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 6,4 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 85 miliar di pasar reguler.


Asing melakukan pembelian di saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) sebesar Rp 96 miliar dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Rp 57 miliar.

Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dilego Rp 103 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp 34 miliar.

Indonesia memang belum bisa lepas dari tahap kritis akibat ledakan kasus Covid-19 yang telah terjadi beruntun dalam 3 pekan terakhir. Tercatat pada hari Selasa (14/7), kasus baru positifCovid-19 terus meroket dan menciptakan rekor baru.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak kemarin lusa pukul 12.00 hingga kemarin pukul 12.00, kasus baru Covid-19 bertambah 47.899 pasien. Hari ini menggenapi kelamnya data kasus Covid-19 pekan ini yang terus mencetak rekor beruntun.

Rekor hari ini memecahkan rekor kemarin lusa yang menembus 40.427 kasus. Alhasil, hingga hari ini total konfirmasi positif di Indonesia menembus 2,615 juta kasus.

Terus melesatnya kasus Covid-19 ini menyebabkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati angkat bicara dan menyebutkan bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat bisa diperpanjang hingga enam pekan.

Hal ini tentu saja dapat memicu sentimen negatif bagi pasar keuangan dalam negeri karena dengan kasus Covid-19 yang berlarut-larut dan pergerakan masyarakat yang direm dengan PPKM darurat, roda perekonomian berpotensi untuk macet sehingga pertumbuhan ekonomi berpotensi tergerus.

Selanjutnya dari Amerika Serikat,Inflasi Juni di AS dilaporkan melesat 5,4% secara tahunan dengan inflasi inti 4,5%. Angka itu jauh lebih tinggi dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang berujung pada inflasi tahunan 5%. Sementara itu untuk inflasi inti yang tidak memasukan komponen makanan dan energi berada di angka 3,8%--tertinggi sejak September 1991.

Sebagai informasi, Bukalapak akan melantai di BEI pada 6 Agustus 2021. Perusahaan menawarkan saham sebanyak 25.765.504.851 saham biasa atas nama yang seluruhnya saham baru serta dikeluarkan dari portepel dalam IPO di BEI.

Untuk masa penawaran awal atau bookbuilding dilakukan sejak 9 Juli lalu hingga 19 Juli. Tanggal efektif dari OJK diharapkan pada 26 Juli serta masa penawaran umum dilakukan 28 hingga 30 Juli 2021 mendatang. Harga penawaran yakni Rp 750-850/saham dengan target dana IPO maksimal Rp 22 triliun.

Sebelumnya, manajemen Bukalapak, dalam prospektus, menyebutkan tata cara pemesanan saham.

Selain itu tata cara juga disampaikan dalam video di situs resmi Bukalapak. Dalam video itu ada empat informasi yang diperoleh investor, yakni informasi emisi saham Bukalapak, harga saham, formulir pemesanan pembelian atau FPPS, serta prospektus awal dan prospektus.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat