
Gokil! Saham BBHI-BNBA 'Kesurupan', BINA Milik Salim Digembok

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua saham bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 2 triliun-Rp 5 triliun), yakni saham bank milik Mega Corpora yang dikendalikan pengusaha nasional Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang sebelumnya bernama PT Bank Harda Internasional Tbk dan PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) melaju kencang pagi ini, Selasa (13/7/2021).
Sementara, saham perbankan yang dikuasai taipan Anthoni Salim PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 9 Juli pekan lalu seiring lonjakan harga yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut data BEI, pukul 10.24 WIB, saham BBHI memimpin top gainers dengan melesat 18,89% ke Rp 3.210/saham. Ini menandai reli penguatan saham BBHI sejak 3 hari lalu.
Alhasil, dalam sepekan saham BBHI melonjak 71,97%, sementara dalam sebulan 'meroket' 348,02%, serta secara year to date (ytd) sudah to the moon 1.381,17%.
Nilai transaksi saham ini tercatat sebesar Rp 51,88 miliar dengan volume mencapai 16,35 juta saham.
Sentimen terbaru yang mempengaruhi pergerakan saham ini ialah BBHI yang telah resmi mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM terkait dengan perubahan nama menjadi PT Allo Bank Indonesia Tbk yang berlaku sejak 30 Juni 2021.
Saat ini perusahaan juga telah memperoleh pernyataan efektif dari OJK untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan surat OJK No.S-104/D.04/2021 tanggal 30 Juni 2021 Perihal Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran yang akan meningkatkan permodalan perseroan sekitar Rp 7,498 triliun.
Dana rights issue akan digunakan untuk pemenuhan modal inti minimum bank yang akan memberikan kemampuan Allo Bank untuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi yang yang dikenal sebagai digital bank.
Pada Jumat pekan lalu, harga saham BBHI turun menyesuaikan harga teoritis saham. Turunnya harga saham BBHI bukan karena terkoreksi akan tetapi karena harga teoritis saham dalam rangka penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.
Harga teoritis adalah harga penyesuaian antara harga pasar dan harga tebus rights issue. Ini adalah mekanisme bursa agar pasca-rights issue agar kapitalisasi pasar emiten tidak melonjak tiba-tiba.
Seperti saham BBHI, saham BNBA juga menempati 3 besar top gainers dengan melejit 16,43% ke Rp 1.630/saham dengan nilai transaksi Rp 109,84 miliar.
Dengan ini, saham BNBA sudah melesat selama 5 hari berturut-turut, atau sejak Rabu (7/7) pekan lalu. Ini membuat harga saham BNBA 'terbang' 98,78% dalam seminggu dan melesat setinggi 88,44% dalam sebulan.
Kabar terbaru, pada Kamis (8/7) pekan lalu pihak BNBA mengumumkan akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 16 Agustus mendatang.
Kemudian, untuk saham BINA sedang 'digembok' oleh bursa sejak Jumat (9/7) minggu lalu seiring kenaikan harga akumulatif yang signifikan.
Saham ini sempat melaju kencang di zona hijau selama 10 hari beruntun, yakni pada 11-24 Juni. Dalam sebulan terakhir saham BINA 'terbang' 193,15%, sementara secara ytd 'mengangkasa' 736,96%.
Kenaikan saham BINA akhir-akhir ini didorong oleh kabar terbaru perusahaan yang berencana melakukan rights issue. Dalam rights issue tersebut, BINA akan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Dengan disetujuinya rights issue ini, Anthony Salim, selaku ultimate shareholder berpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Nyungsep, Saham Bank Milik Anthoni Salim & CT Pesta Pora
