Mau Investasi Emas? Sebelum Terlambat, Pikir-pikir Dahulu...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 July 2021 08:20
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Ilustrasi Emas Batangan (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia bergerak naik pagi ini. Apakah kenaikan ini bakal bertahan lama? Ke depan, bagaimanakah tren harga sang logam mulia?

Pada Selasa (13/7/2021) pukul 07:25 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1807,75/troy ons. Naik 0,1% dibandingkan hari sebelumnya.

Sepertinya investor mulai kembali melirik emas setelah bulan lalu harga turun gila-gilaan. Dalam sebulan terakhir, harga emas masih mencatat koreksi 3,1% secara point-to-point.

Harga yang sudah 'murah' ini membuat pelaku pasar kembali bernafsu berburu emas. Permintaan yang meningkat membuat harga emas naik nyaris 1% dalam sepekan terakhir.


Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan target harga emas dalam waktu dekat ada di US$ 1.818-1.833/troy ons. Namun tetap ada risiko koreksi dengan level support di kisaran US$ 1.789-1.774/troy ons.

Franky Nangoy, Senior Market Strategist Fullerton Research, menilai pergerakan harga emas pekan ini akan ditentukan oleh perkembangan di Amerika Serikat (AS). Pertama adalah paparan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan Kongres pada Rabu malam waktu Indonesia.

Dalam pidato tersebut, pelaku pasar bisa mencari petunjuk soal prospek perekonomian Negeri Paman Sam dan arah kebijakan moneter. Jika Powell mengemukakan paparan yang bernada hawkish (seperti ekonomi semakin membaik, kebijakan moneter ultra-longgar sudah bisa dikurangi, suku bunga sudah perlu naik, dan sebagainya), maka bakal menjadi 'doping' bagi keperkasaan dolar AS. Dengan pengetatan kebijakan moneter, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS akan semakin mendatangkan cuan.

Sebaliknya, kalau Powell masih kalem dan ngerem, maka dolar AS jadi kurang bertenaga. Ini menjadi sentimen positif bagi harga emas.

Halaman Selanjutnya --> Simak Pula Rilis Data Inflasi AS

Kedua adalah rilis data inflasi AS yang diumumkan malam nanti. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan laju inflasi Negeri Adidaya pada Juni 2021 adalah 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 5% yoy.

Perlambatan laju inflasi bisa membuat The Fed tidak perllu terburu-buru unruk melakukan pengetatan kebijakan alias tapering off. So, dampaknya positif buat harga emas.

Emas dan dolar AS punya hubungan berbanding terbalik. Saat dolar AS lesu, maka harga emas akan naik dan demikian pula sebaliknya.

Ini karena emas adalah komoditas yang dibanderol dengan dolar AS. Ketika dolar AS melemah, emas menjadi lebih murah bagi investor yang menggenggam mata uang lain. Permintaan emas naik, harga terungkit.

"Saat ini, harga emas bergerak di dalam rentang US$ 1.793-1.818/troy ons. Saya lihat kemungkinannya akan sama seperti pergerakan minggu kemarin, tetapi dengan potensi melemah," sebut Franky dalam risetnya.

Menurut Franky, pasar mungkin melihat ada kemungkinan Powell memberi paparan yang optimistis sehingga harga emas akan menuju ke arah level support yang di kisaran US$ 1.775-1.760/troy ons. Namun jika pasar menilai tidak ada yang baru dari paparan Powell, maka harga emas akan menuju ke arah level resistance di kisaran US$ 1.818-1.842/troy ons.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Harga Anjlok 4,5%, Apakah Emas Masih Layak Dikoleksi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular