
"Tersandera" Corona, IHSG Perlu Lewati 6.080 untuk Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan lalu (5-9 Juli) sukses mencatat penguatan 0,28% ke 6.039,354.
Meski penguatan tidak terlalu besar tetapi bursa kebanggaan Tanah Air ini mampu mencatat penguatan 3 pekan beruntun.
Sementara pada hari ini, Senin (12/7/2021), IHSG berpeluang kembali ke zona hijau, melihat bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) yang menguat tajam di hari Jumat lalu, dan tanda-tanda penurunan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Wall Street pada perdagangan Jumat pekan lalu melesat, ketiga indeks utama bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks Dow Jones melesat 1,3%, S&P 500 1,1%, dan Nasdaq menguat 1%.
Sehari sebelumnya ketiganya mengalami aksi jual bersama bursa saham global lainnya akibat kecemasan akan kembali melambatnya ekonomi. Artinya, sentimen pelaku pasar kini mulai membaik lagi.
Meski demikian, laju penambahan kasus Covid-19 di dunia masih menjadi perhatian, karena jika tak terkendali lagi perekonomian bisa terancam.
Khusus di Indonesia, di pekan ini akan bisa menunjukkan gambaran apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat mampu menurunkan angka infeksi harian. Hal tersebut membuat IHSG "tersandera" dan sulit menguat tajam, sebab ada risiko PPKM Mikro Darurat diperpanjang jika kasus infeksi belum menurun, dan menghambat pemulihan ekonomi.
PPKM Mikro Darurat mulai diterapkan sejak 3 Juli lalu, dan berlangsung hingga 20 Juli. Perlu waktu sekitar seminggu setelah penerapan untuk mengetahui apakah efektif, mengingat ada masa inkubasi virus corona.
Dalam 2 hari terakhir, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan, meski masih tinggi. Kemarin, kasus baru dilaporkan sebanyak 36.197 orang, dan sehari sebelumnya 35.094 orang. Angka tersebut turun dari Kamis dan Jumat yang penambahannya lebih dari 38 ribu orang per hari.
Jika terus menunjukkan penurunan di pekan ini, maka akan menjadi sinyal yang bagus.
Secara teknikal, IHSG dalam 3 hari perdagangan terakhir berakhir melemah tipis-tipis kurang dari 0,1%, bahkan stagnan pada perdagangan Jumat. Rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 100/MA 100) terbukti mampu menahan penguatan IHSG. Setelah mencapai level tersebut, bursa kebanggaan Tanah Air ini berbalik melemah.
MA 100 yang berada di kisaran 6.070 sampai 6.080 menjadi tembok tebal atau resisten yang kuat, beberapa kali IHSG mencoba melewatinya tetapi selalu gagal. IHSG berada di bawah MA 100 sejak 31 Maret lalu, atau lebih dari 3 bulan terakhir.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG kini terjepit antara MA 100 dan MA 50 yang berada di kisaran 5.970 hingga 5.980. Selama kedua MA tersebut salah satunya belum ditembus secara konsisten, maka IHSG cenderung akan bolak balik.
Level psikologis 6.000 tetap menjadi support terdekat, jika dilewati IHSG berisiko turun ke 5.970 (MA 50). Sementara jika mampu bertahan di atas level psikologis, IHSG berpeluang menguji lagi MA 100. IHSG baru berpeluang melesat jika mampu melewati MA 100 di kisaran 6.080.
Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian sudah mulai turun dari wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Tekanan bagi IHSG berkurang setelah Stochastic keluar dari wilayah overbought, meski harus menunggu hingga mencapai oversold agar mendapat momentum penguatan yang kuat.
Artinya, secara teknikal IHSG masih akan bolak balik di antara MA 100 dan MA 50.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cek Dulu Arah Gerak IHSG Sebelum Cari Cuan Hari Ini
