Amerika Belum Bebas Corona! Dolar Lesu, Harga Emas Terbantu

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2021 08:35
Virus-Outbreak-One Year-Broadway
Foto: AP/John Minchillo

Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) belum usai. Bahkan kini semakin ganas karena kehadiran varian-varian baru yang lebih menular.

Per 8 Juli 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di AS adalah 33.429.396 orang. Bertambah 36.990 orang dari hari sebelumnya. Tambahan pasien positif 36.990 orang dalam sehari adalah yang terbanyak sejak 16 Mei 2021.

Meski pemerintah AS sudah membuka lebih banyak aktivitas dan mobilitas masyarakat, tetapi warga AS sendiri masih khawatir untuk keluar rumah. Misalnya di lokasi perbelanjaan ritel dan tempat rekreasi, tingkat kunjungan warga Negeri Paman Sam per 4 Juli 2021 adalah 13% di bawah normal. Ini adalah yang terendah sejak 4 April 2021.

Mobilitas masyarakat yang terbatas membuat 'roda' ekonomi tidak bisa berputar kencang. Akibatnya, tingkat pengangguran AS pada Juni 2021 naik menjadi 5,9% dari bulan sebelumnya yang sebesar 5,8%.

"Ini menjadi indikasi bahwa data ketenagakerjaan tidak akan membaik signifikan. Penciptaan lapangan kerja yang maksimal (full employment) sepertinya masih sangat jauh. Ini membuat The Fed (The Federal Reserve, bank sentral AS) punya ruang untuk menunda tapering (pengetatan kebijakan)," kata Juan Perez, Senior Currency Trader di Tempus Inc, seperti dikutip dari Reuters.

Tanpa isu tapering, apakah itu pengurangan pembelian aset (quantitative easing) apalagi kenaikan suku bunga acuan, dolar AS jadi kekurangan 'bensin' untuk melaju. Pelemahan dolar AS menjadi berkah buat emas.

Emas adalah adalah komoditas yang dibanderol dengan dolar AS. Saat dolar AS melemah, maka harga emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas meningkat, harga pun terangkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular