
Geger Ardi Bakrie-Nia Narkoba, Cek Kinerja 11 Emiten Bakrie!

Jakarta, CNBC Indonesia - Grup Bakrie kembali diguncang kabar tak sedap, setelah pada Kamis lalu (8/7), Anindra Ardiansyah Bakrie atau yang biasa dikenal dengan Ardi Bakrie, putra dari Aburizal Bakrie (generasi kedua Bakrie), dikabarkan ditangkap bersama sang istri, Nia Ramadhani, terkait dengan dugaan penyalahgunaan narkoba.
Bahkan dalam konferensi pers Kamis siang, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan status Ardi dan Nia sudah menjadi tersangka. Tidak hanya Nia dan Ardi, tapi supir mereka berinisial ZN juga menjadi tersangka.
"Ada tiga orang yang ditetapkan jadi tersangka yakni ZN (43) itu supir atau pembantu. Lalu RA (31) ibu rumah tangga atau artis, dan AAB (42) karyawan swasta," kata Yusri Yunus dalam pernyataan pers di Polres Jakarta Pusat.
Tentu, kabar tersebut memang tak secara langsung berkaitan dengan pasar modal, tetapi sedikit banyak bisa mempengaruhi psikologis pasar terhadap perusahaan-perusahaan Grup Bakrie yang banyak 'nangkring' di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Apalagi, saat ini Ardi menjabat posisi penting di sejumlah perusahaan Bakrie.
Di Visi Media Asia (VIVA) yang mengelola stasiun televisi TvOne (PT Lativi Mediakarya) dan situs berita online Viva (Viva Media baru), laporan keuangan terbaru (Maret 2021) mencatat Ardi menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur VIVA, sementara Presiden Direktur VIVA dijabat sang kakak Anindya Novyan Bakrie.
Kemudian, di emiten yang menjadi kendaraan bisnis Grup yang didirikan mendiang Achmad Bakrie sejak 1940-an ini, Bakrie & Brothers (BNBR), Ardi Bakrie menjabat wakil direktur utama sementara dirut dijabat sang kakak, Anindya Bakrie.
Sebelumnya, CNBC Indonesia mencoba melibat seberapa besar keterlibatan Ardi di perusahaan Grup Bakrie, kendati dari sisi kepemilikan saham di atas 5% tak ada satu pun emiten grup yang mencantumkan dana Ardi dalam daftar pemegang saham. Kendati demikian, bisa jadi kepemilikannya di bawah 5% sehingga tidak wajib publikasi.
Lantas, sebenarnya bagaimana kinerja fundamental emiten Grup Bakrie selama kuartal I tahun ini?
Emiten mana yang menunjukkan kinerja paling 'loyo'?
Setidaknya ada 11 perusahaan Grup Bakrie yang tercatat di BEI menjadi perusahaan publik, yang memiliki fokus bisnis yang beragam, mulai dari bisnis tambang batu bara, migas, emas, perkebunan sawit, properti hingga media.
Ke-11 emiten itu yakni Energi Mega Persada (ENRG), Bumi Resources Minerals (BRMS), Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), dan Bumi Resources (BUMI).
Berikutnya ada Intermedia Capital (MDIA), Visi Media Asia (VIVA), Bakrie & Brothers (BNBR), Bakrie Telecom (BTEL), Darma Henwa (DEWA), Bakrieland Development (ELTY), dan Graha Andrasentra Propertindo (JGLE).
Dalam tulisan ini, Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas rapor keuangan emiten Grup Bakrie selama periode Januari-Maret 2021.
Sebagai catatan, dari 11 emiten di atas, ada tiga emiten yang belum menyerahkan laporan keuangan (lapkeu) per kuartal I 2021, yakni, pertama, ELTY yang baru memberikan lapkeu per kuartal III 2020. Kemudian, UNSP dan JGLE yang terakhir kali menyerahkan lapkeu per 31 Desember 2020.
Berikut ini kami sajikan tabel kinerja keuangan Grup Bakrie.
Berdasarkan data di atas, secara umum emiten-emiten Grup Bakrie mencatatkan kinerja keuangan yang tertekan.
Adapun dari 11 emiten, 7 emiten yang kembali mencatatkan rugi bersih dan 4 mencetak laba bersih.
Ketujuh emiten yang dimaksud ialah JGLE, BUMI, ELTY, UNSP, VIVA, MDIA, dan BTEL. Sementara 4 emiten sisanya yang berhasil mencetak untung ialah BNBR, ENRG, DEWA, dan BRMS.
Emiten pengelola The Jungle Waterpark Bogor dan Jungle Adventure Theme Park Sentul (JGLE) menjadi emiten yang paling tertekan di antara 10 'saudaranya' yang lain.
Per akhir Desember 2020, pendapatan JGLE merosot tajam 68,99% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 284,46 miliar pada 2019 menjadi Rp 88,21 miliar pada 2020.
Sejurus dengan itu, tidak seperti emiten lainnya yang berhasil memangkas rugi bersih (kendati masih tetap merugi), rugi bersih JGLE malah bertambah tipis 0,26% menjadi Rp 111,29 miliar pada tahun lalu dari Rp 111,01 miliar pada periode yang saham 2019.
Pada akhir September tahun lalu, JGLE diguncang kabar heboh setelah para karyawan Jungle Adventure Theme Park Sentul di bawah kelolaan PT Jungleland Asia (PT JLA), anak usaha langsung dari Graha Andrasentra menyampaikan unek-uneknya mengenai keterlambatan pembayaran gaji selama berbulan-bulan di laman komentar Instagram resmi Nia Ramadhani.
Menurut pemberitaan CNBC Indonesia pada 29 September 2020, Manajemen JGEL menyatakan belum melakukan pembayaran gaji karyawan khususnya untuk periode Februari dan Maret 2020.
Nuzirman Nurdin, Chief Investor Relations and Corporate Affairs Officer Graha Andrasentra Propertindo, mengatakan terkait dengan pembayaran gaji Februari-Maret dan THR 2020 yang terutang, pihaknya terus mengupayakan untuk dapat melunasinya melalui dukungan dari unit usaha lain yang telah diperbolehkan beroperasi maupun melalui divestasi aset.
"Namun dengan kondisi saat ini dimana pandemic Covid-19 dan pemberlakuan PSBB terus berlangsung, upaya-upaya tidak semudah yang dibayangkan," katanya dalam surat elektronik kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (29/9/2020).
Di sisi lain, perseroan juga terus melakukan upaya restrukturisasi kewajiban kepada perbankan di tengah belum pulihnya operasional perusahaan.
Perseroan telah melakukan restrukturisasi atas pinjaman kepada PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang telah disetujui dengan keringanan atas pembayaran pokok dan bunga selama 12 bulan ke depan.
Nuzirman menjelaskan, nilai utang yang telah direstrukturisasi adalah Rp 365 miliar untuk BRI dan Rp 107 miliar untuk Bukopin. Artinya total restrukturisasi tersebut mencapai Rp 472 miliar.
Adapun, emiten media di mana Ardi Bakrie menjabat sebagai wakil presiden direktur, VIVA, juga kembali harus menanggung rugi bersih selama kuartal I tahun ini, kendati perusahaan berhasil memangkas rugi bersih tersebut.
Per akhir Maret 2021, rugi bersih VIVA mencapai Rp 156,30 miliar, menyusut dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 963,72 miliar.
Namun, pendapatan usaha VIVA kembali terkoreksi, yakni sebesar 4,25% menjadi Rp 439,41 miliar.
NEXT: Kronologi Penangkapan Ardi Bakrie-Nia
