Rogoh Rp 325 M, Alam Sutera Rampungkan Tender Offer Obligasi

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
09 July 2021 13:40
Dok.Alam Sutera
Foto: Dok.Alam Sutera

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pengembang properti, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), mengumumkan bahwa anak perusahaannya yaitu Alam Synergy Pte. Ltd. (ASPL) telah menyelesaikan penawaran tender (tender offer) atas sebagian surat utang dalam mata uang yang telah diterbitkan perusahaan.

Tender offer adalah penawaran umum yang diajukan oleh investor untuk membeli saham atau surat utang (obligasi) dari perusahaan dalam jumlah tertentu.

Sebelumnya pada 17 Juni 2021, perseroan melalui ASPL telah melakukan tender offer (membeli obligasi yang sudah diterbitkan) atas sebagian surat utang dengan suku bunga tetap sebesar 6,625% per tahun. Obligasi itu akan jatuh tempo di tahun 2022 dengan sisa jumlah pokok terutang sebesar US$ 46.579.000 atau setara Rp 675,39 miliar (kurs Rp 14.500/US$).

"ASPL telah menyelesaikan tender offer tersebut pada 7 Juli 2021, dan dengan ini menginformasikan hasil penawaran tender offer atas surat utang tersebut yang telah dilangsungkan secara sah adalah sejumlah pokok principal US$ 22,47 juta [setara Rp 325 miliar]," tulis Tony Rudiyanto, Corporate Secretary Alam Sutera dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (9/7).

Terkait dengan pembiayaan, pelaksanaan tender offer obligasi itu dibiayai dari dana yang diperoleh dari fasilitas kredit yang didapatkan oleh perseroan dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atas perjanjian kredit pada 14 April 2021 dan sebagian berasal dari dana internal perseroan.

Adapun tujuan dilaksanakannya tender offer tersebut adalah untuk memperbaiki kondisi keuangan perseroan dengan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar valuta asing.

"Dengan telah diselesaikannya tender offer tersebut, maka sisa dari jumlah pokok Surat Utang yang masih terutang menjadi berkurang dan kondisi keuangan grup Perseroan menjadi lebih baik," tulis Tony Rudiyanto.

Pembelian kembali surat utang ini oleh Alam Sutera juga merupakan salah satu alasan lembaga pemeringkatan Moody's mengubah outlook atau prospek peringkat ASRI menjadi positif dari yang semula negatif pada 1 Juli lalu, meskipun begitu peringkat ASRI tidak berubah dari posisi awal di rating Caa1.

"Peringkat Caa1 Alam Sutera mencerminkan struktur permodalan yang tidak berkelanjutan, seperti yang ditunjukkan oleh leverage yang tinggi dan ketergantungan pada pendanaan eksternal untuk memenuhi kebutuhan refinancing," kata PJacintha Poh, VP Senior Credit Officer Moody's

Pada tanggal yang sama S&P Global Rating juga menaikkan peringkat surat utang senior unsecured yang akan jatuh tempo April 2022 dari CCC menjadi CCC+.

Meskipun mengalami kenaikan peringkat, S&P Global Rating memberikan catatan penting terkait risiko likuiditas.

"Outlook negatif mencerminkan risiko bahwa likuiditas Alam Sutera dapat terkikis lebih cepat dari yang diperkirakan selama 12 bulan ke depan, mengingat situasi Covid yang berkembang di Indonesia dapat merusak sentimen konsumen dan pemulihan penjualan perusahaan," tulis S&P Global Rating dalam laporannya.

Data BEI mencatat, saham ASRI di sesi I Jumat ini ditutup turun 0,62% di Rp 160/saham. Nilai transaksi saham ASRI Rp 1,62 miliar dengan volume perdagangan 10,13 juta saham. Dalam sebulan terakhir saham ASRI turun 13,51% dengan kapitalisasi pasar Rp 3,14 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Gegara Corona, Alam Sutera Rugi hingga Rp 1 T di 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular