
Ada Kejutan dari BI, tapi Rupiah Tetap Keok di Spot & JISDOR

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat pada Kamis (8/7/2021) setelah bergerak dengan volatilitas tinggi di awal perdagangan.
Rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed menjadi penggerak utama, selain ada kejutan dari dalam negeri yang belum mampu mendongkrak kinerja rupiah hingga kembali ke atas Rp 14.500/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.490/US$, melemah 0,07% di pasar spot, melansir data Refintiv. Rupiah kemudian melemah 0,41% ke Rp 14.540/US$, sebelum berbalik menguat ke Rp 14.420/US$, atau menguat 0,41% juga dibandingkan penutupan perdagangan Rabu.
Tetapi tidak lama, rupiah kembali melemah bahkan menyentuh Rp 14.545/US$, lebih tajam dari sebelumnya. Di akhir perdagangan, Mata Uang Garuda mampu memangkas pelemahan menjadi 0,28% ke Rp 14.520/US$ di pasar spot.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah melemah 0,33% ke Rp 14.548/US$.
Meski melemah cukup tajam, tetapi dibandingkan mata uang Asia lainnya kinerja rupiah lebih baik. Mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS, hingga pukul 15:07 WIB, won Korea Selatan menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,54%. Melengkapi 3 besar ada baht Thailand, dan ringgit Malaysia.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Rupiah masih belum mampu menguat meski ada kejutan, konsumen Indonesia masih optimistis melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan meski penyakit virus corona (Covid-19) sedang melonjak. Ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang naik dan berada di atas 100.
Hari ini BI melaporkan, IKK pada Juni 2021 berada di 107,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 104,4. IKK di bulan Juni juga merupakan yang tertinggi sejak Maret 2020.
"Kondisi ini perlu terus dijaga dan dicermati sejalan diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat guna mengatasi kenaikan Covid-19 di Indonesia."
"Hal ini juga mempertimbangkan hasil SK yang mengindikasikan penguatan optimisme konsumen pada Juni 2021 tersebut terutama didorong oleh persepsi konsumen yang membaik terhadap kondisi ekonomi saat ini, meski masih berada pada area pesimis (<100)," sebut keterangan tertulis BI yang dirilis Kamis (87/2021.
Namun, survei tersebut dilakukan sebelum pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat sejak 3 Juli lalu. Sehingga, masih belum diketahui apakah konsumen masih optimistis, atau sedikit menurun, atau bahkan berbalik menjadi pesimistis.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Notula The Fed Bikin Rupiah Jungkir Balik
