
Harga Kripto Nyungsep Lagi! Tether Masih Anteng di Zona Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Volatilitas harga mata uang kripto (cryptocurrency) kembali terjadi pada perdagangan Kamis (8/7/2021) pagi waktu Indonesia, di mana dalam pekan ini kripto cenderung bergerak naik-turun.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 09:00 WIB, tujuh kripto berkapitalisasi terbesar hampir mengalami pelemahan, hanya koin digital Tether yang masih menguat pada pagi hari ini, yakni menguat 0,11% ke level harga US$ 1 per koin atau setara dengan Rp 14.480/koin (asumsi kurs Rp 14.480/US$).
Kripto dengan kapitalisasi terbesar pertama, yakni Bitcoin merosot 2,37% ke level harga US$ 33.381,25/koin atau setara dengan Rp 483.360.500/koin, koin digital dengan kapitalisasi terbesar kedua, yakni Ethereum melemah 1,31% ke level US$ 2.283,26/koin (Rp 33.061.605/koin).
Berikutnya koin digital Binance Coin turun 0,7% ke posisi harga US$ 322,26/koin atau setara dengan Rp 4.666.325/koin, Cardano terkoreksi 1,59% ke US$ 1,39 per koinnya (Rp 20.127/koin), Ripple ambles 4,19% ke US$ 0,6374/koin (Rp 9.230/koin), dan Dogecoin ambruk 6,83% ke US$ 0,2176/koin (Rp 3.151/koin).
Pergerakan harga kripto dalam empat hari terakhir cenderung naik-turun. Pada Rabu (7/7/2021) kemarin, kripto sempat diperdagangkan di zona hijau. Namun pada pagi hari ini terpantau kembali melemah, seperti pada perdagangan Selasa (6/7/2021).
Walaupun pergerakannya cendrung naik-turun, namun pasar kripto cenderung sepi, di mana penguatan ataupun pelemahannya cenderung tipis-tipis.
Di lain sisi, Goldman Sachs merilis laporan risetnya pada Selasa (6/7/2021) lalu yang menyatakan bahwa penggunaan Ethereum saat ini memiliki potensi tinggi menjadi platform pengembangan paling populer untuk kontrak pintar.
Ethereum mencoba menembus garis moving average (MA) 50 hari untuk pertama kalinya sejak Maret. Jika Ethereum berhasil breakout di garis MA tersebut, maka Ethereum akan menguat lebih lanjut menuju garis resistance di harga US$ 2.800. Mirip dengan Bitcoin, Ethereum sedang mengalami konsolidasi setelah aksi jual yang bergejolak pada Mei lalu.
![]() Grafik Harian Ethereum |
Sementara itu, Bitcoin terus diperdagangkan berombak dan Bitcoin perlu beberapa upaya agar dapat menembus ke atas level harga US$ 42.000, seperti yang dijelaskan oleh Pankaj Balani, CEO Delta Exchange.
"Setiap kelemahan di pasar atau pengurangan likuiditas dapat menyebabkan penurunan tajam dalam Bitcoin, ini tercermin dalam data option karena mereka menempatkan dananya di harga premium yang akan jatuh tempo pada Juli dan Agustus," tulis Balani, dikutip dari CoinDesk.
Analis lain memperkirakan Bitcoin akan kembali menguat karena volume transaksi terus turun sejak aksi jual Mei lalu.
"Kami memperkirakan spekulasi di pasar spot dan derivatif akan stabil di masa mendatang yang akan berubah menjadi perubahan harga yang lebih rendah," tulis perusahaan asset management, 21Shares kepada CoinDesk.
Meskipun aktivitas perdagangan kripto relatif sepi selama sebulan terakhir, namun investor institusional sibuk menilai cryptocurrency sebagai alternatif aset tradisional.
"Kami telah melihat lebih banyak institusi besar yang menanyakan tentang kripto, termasuk bank besar dan manajer aset, serta dana pensiun danĀ bahkan perusahaan asuransi," tulis Florian Ginez, direktur asosiasi penelitian kuantitatif di WisdomTree, dalam catatan Selasa (6/7/2021) lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libur Tahun Baru Imlek 2023, Apa Kabar Harga Bitcoin Cs?
