Kalau Rupiah Perkasa, Dolar Australia Tidak Ada Apa-apanya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 July 2021 12:23
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Data ekonomi yang dirilis dari Australia pada hari ini, Senin (5/7) cukup bagus, tetapi nyatanya tidak mampu menopang penguatan mata uangnya. Rupiah hari ini sedang perkasa setelah kecemasan akan tapering mulai mereda.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:34 WIB AU$ 1 setara Rp 10.882,58, dolar Australia merosot 0,47% di pasar spot. Padahal, hari Jumat lalu Mata Uang Kanguru ini sedang kuat-kuatnya, melesat nyaris 1%.

Data yang dirilis dari Australia juga cukup bagus pagi ini. Biro Statistik Australia melaporkan penjualan ritel bulan Mei naik 0,4% dari bulan sebelumnya.

Penjualan ritel tersebut bisa saja lebih tinggi seandainya Negara Bagian Victoria tidak melakukan karantina wilayah atau lockdown lagi. Di negara bagian tersebut, penjualan ritelnya mengalami penurunan hingga 1,5%.

Di sisi lain, rupiah sekali lagi menunjukkan tanpa tanding jika sentimen pelaku pasar sedang bagus, apalagi berkat meredupnya spekulasi tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral Amerika Serikat (The Fed).

Hal tersebut terjadi pasar rilis data tenaga kerja AS Jumat pekan lalu. Meski cukup bagus, tetapi banyak analis melihat belum cukup bagi The Fed untuk melakukan tapering dalam waktu dekat.

"Saya pikir laporan tersebut sangat bagus, karena perekrutan tenaga kerja semakin cepat yang menjadi tanda positif pemulihan ekonomi di semester II. Tetapi data tersebut tidak akan membuat The Fed mengubah panduannya untuk memulai tapering saat ini, kata Angelo Kourkafas, ahli strategi investasi di Edward Jones, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (2/7/2021).

Hal senada juga diungkapkan Bart Melek, kepala ahli strategi komoditas di TD Securities. Melek mengatakan virus corona varian delta masih menjadi ancaman yang bisa mengganggu pemulihan ekonomi Paman Sam.

Ditambah lagi, vaksinasi di beberapa wilayah yang berjalan dengan lambat, membuat The Fed akan berhati-hati dalam melakukan tapering atau pun menaikkan suku bunga.

Tapering merupakan ketakutan pelaku pasar saat ini selain juga risiko penyebaran virus corona varian delta. Tapering dapat membuat aliran modal keluar dari negara emerging market seperti Indonesia yang membuat nilai tukar rupiah tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular