Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Tanah Air pun lesu di perdagangan pasar spot.
Pada Jumat (2/7/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.564. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Rupiah juga merah di pasar spot. Kala penutupan pasar, US$ 1 dihargai Rp 14.530 di mana rupiah melemah 0,21%.
Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga menyerah di hadapan dolar AS. Cuma peso Filipina yang masih bisa menguat.
Depresiasi 0,41% membawa rupiah jadi mata uang terlemah di Asia, hanya lebih baik dari baht Thailand. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:00 WIB:
Halaman Selanjutnya --> Dolar AS di Atas Angin
Yup, dolar AS memang sedang di atas angin. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat hingga 3%.
"Dolar AS mendapat energi karena kembalinya aktivitas dan mobilitas masyarakat akibat vaksinasi. Di negara lain, sepertinya belum seaman di AS. Oleh karena itu, dolar AS sepertinya siap menguat lebih lanjut," kata Juan Perez, FX Strategist di Tempus Inc, sebagaimana diwartakan Reuters.
AS adalah negara dengan jumlah penduduk yang sudah diberikan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terbanyak di dunia. Per 30 Juni 2021, sudah 154,88 juta warga AS mendapatkan vaksin, India di peringkat kedua 'hanya' 57,75 juta.
 Sumber: Our World in Data |
Ini membuat pemerintah AS berani untuk membuka lebih banyak 'keran' aktivitas dan mobilitas publik. Sementara di negara lain, yang ada malah pengetatan.
Misalnya di Prancis. Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron menunda pelonggaran pembatasan karena serangan virus corona varian delta di sejumlah wilayah.
"Kami tidak mau mengambil risiko. Artinya pelonggaran pembatasan yang sedianya berlaku hari ini ditunda hingga setidaknya 6 Juli 2021," kata Juru Bicara Pemerintah Prancis Gabriel Attal, seperti diberitakan Reuters.
Selain itu, investor juga bersemangat memburu dolar AS sembari menantikan data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang akan dirilis malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan perekonomian AS menciptakan 700.000 lapangan kerja non-pertanian (Non-Farm Payroll) pada Juni 2021. Lebih banyak ketimbang bulan sebelumnya yaitu 559.000.
"Kami memperkirakan dolar AS akan tetap kuat seiring rilis data Non-Farm Payroll. Namun kami ingin tahu seberapa kuat data ini untuk memvalidasi perubahan kebijakan The Fed (The Federal Reserve, bank sentral AS)," sebut Ned Rumpeltin, European Head of FX Strategy di TD Securitites, dalam risetnya.
Ketika The Fed menjadi lebih agresif alias hawkish merepons penciptaan lapangan kerja yang semakin masif, maka dolar AS akan diuntungkan. Berinvestasi di aset-aset menjadi lebih cuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA