
Dolar AS Terlalu "Gagah Perkasa", Rupiah Dekati Rp 14.600/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sudah melemah 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga Kamis kemarin. Sementara pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (2/7/2021), belum ada tanda-tanda rupiah akan mampu menguat, malah semakin mendekati Rp 14.600/US$.
Di pembukaan perdagangan hari ini, rupiah stagnan di Rp 14.500/US$, tetapi kurang dari 30 menit setelahnya sudah melemah 0,45% ke Rp 14.564/US$, berdasarkan data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 16 April.
Dolar AS memang sedang "gagah perkasa". Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini kembali menguat 0,17% ke 92,597 yang merupakan level terkuat sejak 6 April. Hingga Kamis, indeks dolar AS sudah menguat selama 7 hari beruntun.
Sepanjang bulan Juni, indeks dolar AS bahkan membukukan penguatan 2,6%, yang merupakan kinerja terbaik sejak November 2016. Penguatan tersebut dipicu perubahan proyeksi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed), dari yang sebelumnya tahun 2024, menjadi tahun 2023, bahkan tidak menutup kemungkinan kenaikan dilakukan tahun depan.
Pelaku pasar saat ini menanti rilis data tenaga kerja AS malam ini untuk melihat peluang tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) The Fed akan dilakukan dilakukan tahun ini.
Sebelum menaikkan suku bunga, The Fed akan melakukan tapering terlebih dahulu.
Jumat pekan lalu Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (25/6/2021) melaporkan inflasi inti berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) di bulan Mei tumbuh 3,4% year-on-year (YoY). Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 1992.
Inflasi PCE tersebut merupakan salah satu acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Data lain yang digunakan The Fed adalah pasar tenaga kerja. Hasil polling Reuters terhadap para ekonom menunjukkan sepanjang bulan Juni penambahan pekerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) diprediksi sebanyak 700.000 orang, lebih banyak dibandingkan penambahan bulan Mei 559.000 orang. Sementara tingkat pengangguran diprediksi turun menjadi 5,7% dari sebelumnya 5,8%.
Dolar AS berpeluang menguat lebih lanjut jika data tersebut sesuai ekspektasi atau lebih baik lagi.
"Pada umumnya kami melihat dolar AS akan tetap kuat pada hari Jumat sebelum rilis data tenaga kerja," kata Ned Rumpeltin, kepala ahli strategi mata uang di TD Securities dalam sebuah catatan, sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (1/7/2021).
HALAMAN SELANJUTNYA >>> PPKM MIkro Darurat Diumumkan, Kasus Covid-19 Cetak Rekor Lagi
