Kemarin Liar, Kurs Dolar Singapura Akhirnya Naik Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 July 2021 12:17
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura bergerak liar melawan rupiah pada perdagangan Kamis kemarin sebelum berakhir melemah 0,22%. Sementara pada perdagangan hari ini, Jumat (2/7/2021) mata uang Negeri Merlion ini mulus melangkah ke zona hijau.

Pada pukul 11:13 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.768,77, dolar Singapura menguat 0,2% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Kemarin, dolar Singapura sempat menguat 0,34% setelah rilis data yang kurang apik dari Indonesia. Tetapi pengumuman Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat membuat rupiah berbalik menguat. Sebabnya, tidak ada kejutan, pengetatan yang dilakukan sama dengan kabar yang beredar sebelumnya.

Pengetatan tersebut juga tidak seperti yang ditakutkan pelaku pasar, bahkan sempat muncul desakan untuk karantina wilayah atau lockdown.

Kemarin, IHS Markit dan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data-data yang menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur serta indeks harga konsumen (IHK). Meski menunjukkan penurunan, tetapi data tersebut masih cukup bagus.

Aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2021 dilaporkan 53,5.

Meski masih menunjukkan ekspansi (angka indeks di atas 50), tetapi menunjukkan pelambatan dari sebelumnya sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

"Pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia pada Juni mengalami perlambatan akibat gelombang kedua serangan virus corona. Produksi tetap tumbuh dengan kuat meski dampak pandemi perlu dilihat dalam beberapa bulan ke depan.

Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, sehingga berlanjutnya ekspansi menjadi sangat penting guna memulihkan perekonomian.

Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan IHK pada Juni 2021 terjadi deflasi sebesar 0,16% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Dengan demikian inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) adalah 0,74%. Sementara dibandingkan Juni 2020 (year-on-year/yoy), inflasi tercatat 1,33%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi deflasi 0,08% mtm. Kemudian inflasi tahunan 'diramal' sebesar 1,4%.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan deflasi yang terjadi pada Juni 2021 karena disebabkan adanya periode pasca Ramadan dan Idul Fitri.

"Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan beberapa indeks pengeluaran," jelas Margo dalam konferensi pers, Kamis (1/7/2021).

Margo juga menegaskan bahwa deflasi yang terjadi pada Juni 2021 ini bukan karena adanya penurunan daya beli. Namun karena adanya penurunan harga beberapa komoditas. Artinya, meski terjadi deflasi, tetapi tidak buruk-buruk amat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular