Awali Semester 2, Dow Futures Menguat tapi Nasdaq Flat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 July 2021 19:40
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Kamis (1/7/2021), di tengah optimisme pemodal memasuki perdagangan semester kedua tahun ini.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average menguat 81 nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 juga menguat, sebesar 0,2%, sedangkan indeks Nasdaq cenderung flat. Saham sektor minyak dan gas menjadi penopang setelah harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat melampaui US$ 75 per barel.

Pada Rabu, indeks Dow Jones Industrial Average melesat 210 poin, menyusul reli saham Walmart sebesar 2,7%. Indeks S&P 500 menguat 0,13% ke level rekor tertinggi baru 4.297,5. Sementara itu, Nasdaq melemah 0,2% setelah Facebook, Amazon, Netflix dan Alphabet (induk usaha Google) tertekan.

Sepanjang tahun berjalan yang juga paruh pertama 2021, indeks Dow Jones melesat 12,7%, atau terpaut hanya 1,7% dari rekor tertingginya sepanjang masa. Indeks S&P 500 melompat 14,4% pada periode yang sama, sementara Nasdaq tumbuh 12,5%.

"Kabar Covid yang lebih baik, vaksinasi, pembukaan kembali aktivitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi, dan laba emiten memompa penguatan tersebut," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group, seperti dikutip CNBC International.

Indeks Russell 2000 melesat lebih dari 17% dalam 6 bulan pertama tahun ini di tengah rotasi dari saham berbasis pertumbuhan menuju saham berbasis nilai, yang bakal diuntungkan dari pembukaan kembali ekonomi.

Paulsen menilai dua faktor yang akan menjadi penentu arah Wall Street pada paruh terakhir tahun ini adalah inflasi dan pertumbuhan ekonomi. "Jika kekhawatiran inflasi mereda lebih lanjut dan imbal hasil obligasi masih rendah untuk jangka panjang, saham teknologi dan yang berbasis pertumbuhan akan terus memimpin pasar menguat."

Sebaliknya, lanjut dia, jika pertumbuhan ekonomi yang kuat memicu kekhawatiran infasi melonjak lebih jauh dan imbal hasil obligasi kembali meroket, koreksi bakal menimpa pasar dan saham siklikal yang berbasis nilai dan saham berkapitalisasi pasar kecil akan menjadi panglima.

Data Refinitiv sejak tahun 1950 menunjukkan bahwa indeks Dow Jones dan S&P 500 senantiasa mengakhiri pergerakan di teritori positif jika semester pertama sudah bergerak hijau dengan reli digit ganda. LPL Financial juga mencatat fenomena serupa, yakni jika S&P 500 naik lebih dari 12,5% di semester 1, maka ia akan kembali menguat dengan median 9,7%.

Pemodal mengantisipasi rilis klaim tunjangan pengangguran mingguan di mana ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan angka 390.000. Di sisi lain, Departemen Tenaga Kerja akan merilis data pengangguran yang lebih luas, di mana pasar memperkirakan ada 683.000 lapangan kerja dibuka pada Juni.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular