
Rupiah Kini Punya "Shooting Star" untuk Hajar Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah pada perdagangan kemarin Rabu (30/6) melemah cukup jauh di atas Rp 14.500/US$ tetapi akhirnya sukses memangkas pelemahan, dan mengakhiri perdagangan di bawahnya.
Adanya kejelasan terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat membuat rupiah mampu bangkit, meski masih membukukan pelemahan 0,1% melawan dolar AS di Rp 14.495/US$.
Meski belum ada pengumuman resmi dan keterangan yang detail, PPKM Mikro Darurat kabarnya akan dilakukan pada 3-20 Juli, dengan pengetatan di beberapa sektor.
Misalnya, untuk supermarket, pasar tradisional, toko kelontong, dan pasar swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari dibatasi jam operasional sampai pukul 20.00 waktu setempat dengan kapasitas pengunjung 50%.
Restoran dan warung makan sejenisnya hanya bisa menerima pesanan take away, tetapi kabar terbaru menyebutkan boleh makan di tempat atau dine in dengan kapasitas 25% dan buka hingga pukul 17:00 WIB
Restoran yang melayani pesan antar saja diizinkan beroperasi 24 jam. Adapun di mal operasional hanya sampai pukul 17.00 WIB dan kapasitas 25%.
Pengetatan tersebut tidak seperti yang ditakutkan pelaku pasar, sehingga ada peluang rupiah bisa menguat pada perdagangan Kamis (1/7/2021). Meski demikian, rupiah juga harus menghadapi kuatnya dolar AS. Indeks dolar AS sudah menguat 6 hari beruntun, kemarin bahkan melesat 0,42% ke 92,436 yang merupakan level tertinggi sejak awal April lalu.
Dolar AS makin perkasa setelah rilis data tenaga kerja versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) yang menunjukkan sepanjang bulan Juni sektor swasta AS mampu menyerap 692.000 tenaga kerja, lebih tinggi dari ekspektasi di Forex Factory sebanyak 555.000 tenaga kerja.
Data ini biasanya digunakan untuk memprediksi data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat nanti, yang merupakan acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter.
Secara teknikal, pergerakan rupiah kemarin membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.
Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian berada di level 70 atau hampir mencapai wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Artinya rupiah belum memiliki tenaga yang besar untuk menguat, kemungkinan masih akan bergerak tipis-tipis sembari mengumpulkan momentum.
Apalagi rupiah bergerak di atas 3 rerata pergerakan (Moving Average/MA), yakni MA 50 hari, MA 100 hari dan MA 200 hari. Yang tentunya menjadi kabar buruk.
Rupiah masih mampu bertahan di bawah Rp 14.500/US$, selama tidak kembali ke atasnya ada peluang penguatan ke Rp 14.450/US$.
Sementara jika kembali ke atas Rp 14.500/US$ Mata Uang Garuda berisiko menguji kembali Rp 14.540/US$ hingga Rp 14.550/US$ sebelum menuju Rp 14.580/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
