
Meski Sulit Tembus 6.000, IHSG Masih Bisa Menguat Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama Selasa (29/6/2021) di zona positif, meski gagal mencicipi level psikologis 6.000.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 5.957,328 atau menguat 17,9 poin (+0,3%). Sepanjang pagi, indeks acuan bursa nasional ini tak pernah menyentuh zona merah meski level tertinggi hanya mencapai 5.992,864.
Nilai transaksi bursa mulai membaik, menjadi Rp 6,3 triliun. Sebanyak 218 saham naik, 277 lain melemah dan 141 sisanya stagnan. Investor asing masih memilih merealisasikan keuntungan dengan mencetak penjualan bersih (net sell) senilai Rp 12,2 miliar di pasar reguler.
Sentimen pasar berbalik positif dan cenderung mengikuti tren di Amerika Serikat (AS) terkait dengan menguatnya outlook pemulihan ekonomi Negara Adidaya tersebut. Wall Street pun mencetak kinerja yang cenderung positif setelah investor kian yakin bahwa inflasi sekarang tak membahayakan ekonomi karena bersifat sesaat.
Kini, AS terus menggenjot perekonomian dari sisi fiskal dengan stimulus infrastruktur yang disokong politisi kedua partai (bipartisan). Presiden AS Joe Biden pada Sabtu menegaskan bahwa dia tidak akan memveto legislasi stimulus yang disokong senator dari partai Demokrat dan Republik tersebut.
Stimulus terbaru ini akan menyediakan dana masif untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi dan jaringan internet peta lebar (broadband), yang pada gilirannya membuka lapangan kerja dan membantu menggulirkan perekonomian. Kebijakanitu diharapkan membantu pemulihan ekonomi dunia, yang efek berantainya bisa dirasakan oleh emiten di dalam negeri dengan kenaikan permintaan.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terapresiasi.
Untuk melanjutkan tren bullish atau penguatan, indeks perlu melewati level resistance yang berada di area 5.980. Sementara untuk merubah tren bullish menjadi bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.928.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 38 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual akan tetapi RSI terkonsolidasi naik setelah sebelumnya mendekati level jenuh jual yang menunjukkan Indeks berpeluang menguat.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi naik.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham