
Semua Varian Covid Ngamuk di RI, Saham Farmasi Berlomba Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham emiten farmasi menguat pada awal pembukaan pasar pagi ini, Senin (28/6/2021). Kenaikan ini terjadi di tengah kasus harian baru Covid-19 di Indonesia yang mencetak rekor tertinggi pada Minggu (27/6) pekan lalu.
Berikut data pergerakan saham emiten farmasi, menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.40 WIB:
- Indofarma(INAF), saham +7,34%, ke Rp 2.780, transaksi Rp 6 M
- Kimia Farma(KAEF), +6,07%, ke Rp 2.970, transaksi Rp 18 M
- Itama Ranoraya (IRRA), +5,59%, ke Rp 1.795, transaksi Rp 16 M
- Kalbe Farma (KLBF), +2,58%, ke Rp 1.390, transaksi Rp 18 M
- Darya-Varia Laboratoria (DVLA), +2,54%, ke Rp 2.420, transaksi Rp 15 juta
- Phapros (PEHA), +1,29%, ke Rp 1.175, transaksi Rp 532 juta
- Pyridam Farma (PYFA), +1,04%, ke Rp 975, transaksi Rp 1 M
- SOHO Global Health (SOHO), -0,20%, ke Rp 4.870, transaksi Rp 4 juta
- Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), -0,68%, ke Rp 725, transaksi Rp 2 M
- Merck (MERK), -0,90%, ke Rp 3.300, transaksi Rp 7 juta
- Tempo Scan Pacific (TSPC), -1,64%, ke Rp 1.495, transaksi Rp 2 M
Menurut data di atas, dari 11 saham yang diamati, 7 menguat dan 4 sisanya melorot ke zona merah. Saham emiten farmasi pelat merah INAF melejit 7,34% ke Rp 2.780/saham. Saham INAF melanjutkan penguatan pada Jumat (25/6) pekan lalu ketika ditutup melesat 7,02%.
Dalam sepekan saham INAF terkerek 7,36%, sementara dalam sebulan melejit 27,65%.
Di posisi kedua, ada saham sang induk emiten pelat merah lainnya, KAEF, yang terapresiasi 6,07%, melanjutkan kenaikan pada Jumat minggu lalu ketika ditutup menanjak 4,09%.
Sementara, saham SOHO turun 0,20%, setelah 2 hari sebelumnya menghijau. Demikian pula dengan saham SIDO yang merosot 0,68%, melanjutkan penurunan pada Jumat yang sebesar 1,35%.
Sepanjang bulan ini, penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia semakin tinggi hingga beberapa kali mencetak rekor kasus harian baru tertinggi sejak awal pandemi. Setelah sempat 'melandai' hingga menyentuh 2.385 kasus baru pada 15 Mei lalu, kasus baru Covid-19 kembali mencatatkan rekor 15.308 orang pada 23 Juni atau Rabu pekan lalu.
Kemudian, penambahan kasus baru Covid-19 terus melonjak tinggi sepanjang minggu lalu, yakni sebanyak 20.574 kasus baru pada 24 Juni, 21.095 kasus baru pada 25 Juni, 21.095 kasus baru pada 26 Juni, hingga yang terbaru mencapai 21.342 kasus baru pada Minggu (27/6) kemarin.
Dengan demikian, selama sepekan terakhir (20-26 Juni), penambahan kasus baru Covid-19 mencapai 117.790 orang. Secara total hingga Minggu (27/6), kasus Covid-19 di Tanah Air menjadi 2.115.304.
Kemudian, ada tambahan 8.024 kasus sembuh sehingga total menembus 1.850.481. Sementara itu kasus meninggal bertambah 409 sehingga total menjadi 57.138.
Satgas Covid-19 mencatat kasus aktif yang ada saat ini sebanyak 207.685 atau bertambah 12.909 dibandingkan sehari sebelumnya.
Penambahan kasus pun diiringi kenaikan angka kematian akibat Covid-19. Pada Minggu (27/6), jumlah kasus meninggal bertambah 409 kasus. Meski belum menyentuh rekor tertinggi seperti 28 Januari 2021 dengan tambahan kasus kematian 476 orang, tambahan ini tetap sangat tinggi. Saat ini total kasus kematian akibat Covid-19 di RI mencapai 57.138 kasus.
Sejak kasus Covid-19 menanjak menjadi belasan ribu per hari, angka kematian pun menanjak. Dalam enam hari terakhir bahkan kasus kematian tidak pernah di bawah 300 kasus per hari.
Dalam sepekan terakhir, angka kematian nasional akibat virus ini mencapai hampir 2.500 kasus atau tepatnya 2.491 kasus.
Seiring dengan peningkatan kasus Covid-19, sebanyak lima provinsi di RI mencatatkan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) di rumah sakit (RS) untuk pasien Covid-19 di atas 80%. Agar pasien mendapatkan perawatan maksimal dan beban RS tidak terlalu berat, idealnya tingkat keterisian tempat tidur di bawah 70%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat hingga Sabtu (26/6), DKI Jakarta mencatatkan BOR paling tinggi, yakni 93%. Kemudian Banten mencatatkan keterisian tertinggi berikutnya, yakni 91%, Jawa Barat 89%, Jawa Tengah 87%, dan DI Yogyakarta 86%.
Menurut pendapat Epidemiolog UI Ede Surya Darmawan, kasus Covid - 19 Indonesia memasuki babak baru, dan belum bisa diprediksi sampai kapan.
"Kita memasuki babak baru untuk Indonesia, kasus itu sempat turun merupakan harapan yang tinggi ketika pada 17 Mei, kemudian naik tajam akhir Juni seperti sekarang. Kita belum tahu akan terus naik, kita tidak tahu belum ada yang bisa memprediksi," kata Ede dalam paparan acara Kementerian Perhubungan, Minggu (27/6/2021).
Dia mengerucutkan sumber masalah ini, yaitu karena banyaknya masyarakat yang nekat pulang kampung saat lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah kemarin. Juga termasuk masyarakat yang berwisata namun tidak mengikuti protokol kesehatan.
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) Pandu Riono menyatakan DKI Jakarta bakal kewalahan dengan lonjakan Covid-19. Pasalnya, semua varian Covid-19 dari seluruh dunia sudah ada di Jakarta, termasuk yang ganas.
"Jakarta sekarang yang luar biasa tinggi kasusnya karena varian ngumpul. Semua varian ada, mau Alpha, Delta dan lainnya. Dan tidak heran sekarang kewalahan Jakarta," ujar Pandu Riono seperti dikutip dalam wawancara Blak-blakan detikcom.
Menurut Pandu, asal muasal makin meroketnya kasus Covid-19 di Jakarta, karena pemerintah terlambat mengatasi lonjakan kasus di sejumlah daerah, seperti Kudus Jawa Tengah dan Bangkalan Madura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 8 Emiten Ini Lakukan Stock Split, Ternyata Gak Semuanya Cuan