
Harga Emas Galau, Kayaknya Bisa Sampai Weekend Deh...

Sentimen utama yang akan menggerakkan dolar AS pekan ini adalah rilis data ketenagakerjaan yatu pembukaan lapangan kerja non-pertanian (Non-Farm Payroll) dan tingkat pengangguran periode Juni 2021. US Bureau of Labor Statistics akan mengumumkannya pada Jumat malam waktu Indonesia.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan perekonomian AS akan membuka 675.000 lapangan kerja bulan ini. Lebih banyak ketimbang bulan lalu yang sebanyak 599.000.
Saat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sedang ganas-ganasnya menyerang AS, sebanyak 22,36 juta lapangan kerja hilang hanya dalam tempo dua bulan yakni Maret dan April 2020. Selepas itu, kondisi terus membaik dan AS berangsur membuka 'keran' aktivitas masyarakat (reopening).
Akan tetapi, lapangan kerja yang tercipta sejak Mei 2020 hingga Mei 2021 baru 14,73 juta. Berarti masih ada sekitar 7,63 juta rakyat AS yang belum kembali bekerja. Jumlah yang tentu tidak sedikit.
"Saya memperkirakan kita akan melihat banyak penyerapan tenaga kerja pada musim gugur ini. Sebab, tiga faktor yang menyebabkan kelangkaan pasokan tenaga kerja yaitu penutupan sekolah dan tempat penitipan anak, kekhawatiran terhadap virus corona, serta tambahan tunjangan dari pemerintah akan mulai hilang," papar Neel Kashkari, Presiden Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Minneapolis, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kembalinya para pekerja ini, lanjut Kashkari, akan berkontribusi dalam menurunkan angka inflasi. Saat ini AS mengalami tekanan inflasi karena permintaan melonjak tajam sementara pasokan masih terbatas, salah satunya karena kekurangan tenaga kerja.
Pada Mei 2021, inflasi Negeri Stars and Stripes mencapai 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah laju tercepat sejak Juni 2008.
(aji/aji)