Duh! PPKM Mikro Bikin Indomaret-Hypermart dkk Bisa Merana

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
25 June 2021 15:47
Dok Situs Indomaret
Foto: Dok Situs Indomaret

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pemerintah memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro bakal dinilai berimbas pada penurunan penjualan di sektor ritel akibat pengurangan jam operasional.

Akibat kondisi tersebut, beberapa emiten ritel lebih menggenjot penjualan melalui kanal digital seperti melalui e-commerce.

Direktur PT Indomarco Prismatama, perusahaan asosiasi dari PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), Wiwiek Yusuf menjelaskan, pembatasan sosial ini akan berimbas pada jumlah kunjungan pelanggan karena jam buka toko yang lebih pendek dari biasanya.

Dia menjelaskan, kebijakan PPKM ketat sebelumnya juga pernah diterapkan pemerintah tahun lalu untuk menekan laju penularan virus Corona.

"Pemerintah ingin menjaga keseimbangan antara kegiatan ekonomi.dan protokol kesehatan. Tentunya hal ini berdampak jumlah kunjungan pelanggan," kata Wiwiek kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/6/2021).

Perseroan mengantisipasi hal ini dengan menggenjot strategi penjualan secara daring. "Dengan menawarkan alternatif belanja online jadi lebih hemat waktu dan mobilitas. Karena cukup order online kami akan antar ke rumah," bebernya.

Secara kinerja, mengacu laporan keuangan DNET per Desember 2020, pendapatan DNET sebetulnya naik 90% menjadi Rp 488,89 miliar naik tahun sebelumnya Rp 257,79 miliar.

Hanya saja laba DNET di 2020 justru turun 37% menjadi Rp 328,83 miliar dari tahun sebelumnya Rp 523 miliar. Perseroan belum mengumumkan laporan keuangan kuartal I-2021.

Emiten ritel lain yang juga menggenjot penjualan secara daring dilakukan oleh pengelola gerai Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).

Saat ini, semua format ritel perseroan (Hypermart, Primo, Foodmart dan Hyfresh) 112 toko nasional sudah menyediakan semua kebutuhan dasar konsumen karena perseroan memiliki 6.200 total produk yang tersedia secara online. Penawaran online MPPA juga akan tersedia di 30 toko di platform GoMart di wilayah Jabodetabek.

Chief Executive Officer MPPA, Elliot Dickson mengakui, situasi Covid-19 saat ini memang sangat sulit dan menantang bagi semua orang, terutama bagi konsumen yang berusaha memenuhi kebutuhan pangan dan rumah tangga sehari-hari.

Terlebih saat ini, meningkatnya kasus Covid dengan risiko infeksi yang tinggi saat ini telah berdampak parah bagi semua lapisan masyarakat secara nasional di mana tingkat bed occupancy rate (BOR) dengan cepat terisi di rumah sakit, kasus terkonfirmasi positif Covid harian yang tinggi dan tingkat kematian yang meningkat.

"Dengan demikian, akan jauh lebih aman bagi konsumen untuk memesan kebutuhan harian atas produk segar dan rumah tangga secara online dari rumah mereka daripada mengambil risiko pergi ke pasar tradisional," katanya.

Dari sisi laporan keuangan per Maret 2021 atau kuartal I-2021, MPPA mencatat penjualan turun 21% menjadi US$ 1,55 juta atau setara dengan Rp 22 miliar (kurs Rp 14.000/US$) dari periode yang sama tahun 2020 yakni US$ 1,95 juta.

Adapun per Maret 2021 itu, MPPA masih mencatat rugi bersih US$ 83.702 atau Rp 1,17 miliar dari sebelumnya US$ 100.202.

Sementara itu, satu emiten ritel lainnya yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), pengelola gerai Alfamart. Hingga saat ini Direktur AMRT Solihin belum merespons dampak PPMK mikro terhadap operasional perusahaan.

Secara kinerja terbaru per Maret 2021, Sumber Alfaria mencetak pendapatan turun 0,5% menjadi Rp 19,24 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 19,33 triliun. 

Laba bersih AMRT naik 43% menjadi Rp 499,39 miliar dari sebelumnya Rp 350,40 miliar.

Dalam laporan keuangan AMRT, disebutkan bahwa operasi kelompok usaha telah dan mungkin terus dipengaruhi oleh penyebaran virus Covid-19.

Dampak virus Covid-19 terhadap ekonomi global dan Indonesia termasuk dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, penurunan pasar modal, peningkatan risiko kredit, depresiasi nilai tukar mata uang asing dan gangguan operasi bisnis," tulis manajemen AMRT, dalam laporan keuangan.

"Dampak masa depan dari virus Covid-19 terhadap Indonesia dan Kelompok Usaha masih belum dapat ditentukan saat ini. Peningkatan jumlah infeksi Covid-19 yang signifikan atau penyebaran yang berkepanjangan dapat mempengaruhi Indonesia dan Kelompok Usaha."


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Produk Indomaret Terancam Diboikot Buruh, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular