
Melesat 2% Lebih, Dolar Australia Nyaris Sentuh Rp 11.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Jumat (25/6/2021). Jika mampu dipertahankan hingga penutupan perdagangan nanti, dolar Australia akan mencatat pekan sempurna alias menguat 5 hari beruntun, dan semakin dekat dengan Rp 11.000/AU$.
Melansir data Refinitiv, pagi tadi dolar Australia menguat menguat 0,2% Rp 10.965,2/AU$. Sementara jika dilihat sejak awal pekan, dolar Australia sudah menguat lebih dari 2%.
Laju impresif dolar Australia terjadi setelah Negara Bagian Victoria melonggarkan lockdown yang dilakukan sejak awal bulan ini. Pemerintah Australia selalu mengambil tindakan cepat dengan melakukan lockdown ketika kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) menunjukkan tanda-tanda peningkatan.
Sebaliknya, Indonesia saat ini mengalami lonjakan kasus, bahkan mencetak rekor tertinggi lagi. Tidak sekedar mencetak rekor, tetapi menembus angka 20.000 per hari, naik jauh dari hari sebelumnya yang masih di kisaran 15.000.
Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan, total pasien positif corona di Indonesia per 24 Juni 2021 berjumlah 2.053.995 orang. Bertambah 20.574 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret 2020.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 12.007 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 6.314 orang saban harinya.
Alhasil, rupiah mengalami tekanan sepanjang pekan ini. Meski demikian, dolar Australia masih sulit menembus Rp 11.000/AU$. Sebab, ada kemungkinan bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) akan memperpanjang program pembelian aset (quantitative easing/QE).
Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan akan melakukan review apakah akan memperpanjang program QE pada rapat kebijakan bulan depan.
Nilai QE RBA saat ini sebesar AU$ 100 miliar (US$ 77 miliar) dan akan berakhir di bulan September. Perpanjangan QE tersebut artinya likuiditas masih terus bertambah yang membuat dolar Australia sulit menguat.
Selain itu, Lowe mengatakan saat ini tanda-tanda kenaikan upah serta inflasi masih terlihat minim.
"Untuk inflasi masih akan berada di rentang 2%-3%, pertumbuhan upah perlu lebih tinggi dibandingkan saat ini" kata Lowe dalam sebuah konferensi di Australian Farm Institute, Kamis (17/6/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
