
Gokil, Harga Emas Hitam Naik Lagi! Tertinggi Sejak 2018 Nih

Faktor lain yang mengatrol harga minyak adalah perkembangan hubungan AS-Iran. Sepertinya relasi Washington-Teheran belum akan normal dalam waktu dekat, karena keduanya belum mencapai kesepakatan soal pencabutan sanksi.
Kala AS diperintah oleh Presiden Donald Trump, hubungan kedua negara memburuk. AS keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran, plus menjatuhkan sejumlah sanksi kepada Negeri Persia.
Namun di bawah pemerintah Presiden Joseph 'Joe' Biden, hubungan itu coba diperbaiki. AS dan Iran tengah kembali ke meja perundingan.
Mahmoud Vaezi, Kepala Staf Kepresidenan Iran, mengklaim bahwa negaranya sudah mencapai kesepakatan dengan AS. Artinya, sanksi terhadap Iran akan segera dicabut, termasuk larangan ekspor minyak.
"Kesepakatan sudah tercapai untuk mencabut seluruh sanski yang dijatuhkan oleh Trump," tegas Vaezi, sebagaimana diwartakan Reuters.
Namun, ternyata sepertinya itu hanya klaim sepihak. Perundingan memang sedang berjalan, tetapi belum ada kesepakatan.
"Dalam negosiasi hal serumit ini, terkadang para diplomat membuat naskah yang berisi isu-isu utama. Sekali lagi, tidak ada yang disepakati sampai semua disepakati," ujar seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri AS kepada Reuters.
Artinya, sanksi terhadap Iran masih berlaku, termasuk ekspor minyak. So, pasokan minyak dari Iran belum akan masuk ke pasar dunia, suplai belum akan bertambah. Pasokan yang segini-segini saja, plus permintaan yang melonjak, tentu membuat harga bergerak ke utara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)