
Kasus Corona Tembus 20 Ribu Sehari, Rupiah ke Rp 14.500/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Catatan buruk rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut Kamis kemarin (24/6). Dalam 9 hari perdagangan, mata uang Garuda melemah 8 kali, dan perlahan merayap mendekati Rp 14.500/US$.
Pada perdagangan Jumat (25/6/2021), level tersebut kemungkinan akan dicapai, sebab sentimen pelaku pasar sedang memburuk akibat kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang lagi-lagi mencatat rekor tertinggi.
Tidak sekedar mencetak rekor, tetapi menembus angka 20.000 per hari, naik jauh dari hari sebelumnya yang masih di kisaran 15.000.
Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan, total pasien positif corona di Indonesia per 24 Juni 2021 berjumlah 2.053.995 orang. Bertambah 20.574 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret 2020.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 12.007 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 6.314 orang saban harinya.
Adapun yang lebih mengkhawatirkan, bed occupancy rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur Rumah Sakit (RS) memasuki masa kritis. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Hal ini disampaikan oleh Maxi Rein Rondonuwu, Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit & Plt, Ditjen P2P Kemenkes RI dalam diskusi di Youtube Kemominfo, Rabu (23/6/2021).
"BOR di nasional memang belum sampai 50%, 40-an % tapi kota-kota tertentu termasuk DKI sudah kritis, Jawa Tengah, Kudus dan sekitarnya, Jawa Timur sudah mulai kritis, ini kan berbahaya itu," ungkapnya.
Khusus untuk DKI Jakarta, hingga 23 Juni, total tempat tidur yang disiapkan pada 140 RS yang merawat Covid-19 di Jakarta, sebanyak 9.852 tempat tidur isolasi yang saat ini terisi 90% atau 8.874 pasien, lalu sebanyak 1.218 tempat tidur ICU yang kini terisi 86% atau 1.048 pasien, menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia.
Kabar tersebut tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar finansial, apalagi DKI Jakarta kemarin mencatat rekor penambahan kasus sebanyak 7.505, ada kemungkinan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat akan diterapkan. Hal tersebut tentunya berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, sebab rupiah melemah tipis kemarin.
Mata Uang Garuda sekali lagi melewati Rp 14.450/US$ sebelum memangkas pelemah dan berakhir di bawahnya. Level tersebut menjadi resisten yang cukup kuat, sehingga jika ditembus lagi berisiko membawa rupiah ke level psikologis Rp 14.500/US$.
Rupiah masih akan terus mengalami tekanan selama di atas 3 rerata pergerakan (Moving Average/MA), yakni MA 50 hari, MA 100 hari dan MA 200 hari.
Stochastic pada grafik harian berbalik naik meski belum mencapai wilayah oversold. Saat ini berada di level 49.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika belum mencapai overbought, tekanan bagi rupiah cukup besar.
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan rupiah mampu menguat pada perdagangan hari ini, dengan support terdekat di Rp 14.400/US$. Jika mampu menembus support tersebut, rupiah berpeluang menguat lebih jauh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
