Analisis Teknikal

Bursa AS & Corona RI sama-sama Rekor, IHSG Mau ke Mana nih?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 June 2021 08:10
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan ruangan darurat Covid di RSUD Koja, Jakarta, (24/6/2021). Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Covid-19 terus ditambahkan agar dapat menerima parsien Covid-19. Dilokasi banyak warga berdatangan dengan mobil ambulans dan mobil pribadi dengan gejala ringan.  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan ruangan darurat Covid di RSUD Koja, Jakarta, (24/6/2021). Ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Covid-19 terus ditambahkan agar dapat menerima parsien Covid-19. Dilokasi banyak warga berdatangan dengan mobil ambulans dan mobil pribadi dengan gejala ringan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kamis kemarin (24/6) menunjukkan pergerakan yang sama dengan hari sebelumnya.

Bursa kebanggaan Tanah Air ini menguat di awal perdagangan, tetapi setelahnya berbalik melemah dan menutup perdagangan di 6.012,05, minus 0,37%.

Kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia yang terus menanjak dan mencetak rekor tertinggi membebani sentimen pelaku pasar di dalam negeri.

Sayangnya, data tersebut menunjukkan kasus Covid-19 tidak sekedar mencetak rekor tertinggi, tetapi penambahan per harinya lebih dari 20.000 orang.

Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan, total pasien positif corona di Indonesia per 24 Juni 2021 berjumlah 2.053.995 orang. Bertambah 20.574 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret 2020.

Laporan tersebut dirilis setelah perdagangan saham kemarin ditutup, dan baru akan direspons hari ini yang berisiko membuat IHSG merosot.

Namun, dari eksternal, bursa saham AS (Wall Street) kembali mencetak menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya mengirim angina segar ke pasar Asia, dan bisa memberikan sentimen positif ke IHSG.

Secara teknikal, risiko berlanjutnya penurunan IHSG kini semakin besar setelah berkali-kali gagal mengakhiri perdagangan di atas rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 100/MA 100) di kisaran 6.085 hingga 6.100.

Apalagi indikator stochastic pada grafik harian sudah mulai turun dari wilayah overbought.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Resisten terdekat masih di kisaran 6.040, selama tertahan di bawahnya IHSG berisiko menguji level psikologis 6.000. Target selanjutnya jika level tersebut dilewati ke kisaran 5.980 yang merupakan MA 50.

Sementara jika mampu kembali ke atas 6.040, IHSG berpeluang naik ke MA 100. Tetapi sekali lagi, untuk bisa melaju lebih kencang, IHSG perlu mengakhiri perdagangan hari ini di atas level tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular