Carut Marut Data UMKM, Holding Ultra Mikro Bisa Jadi Solusi

yun, CNBC Indonesia
24 June 2021 14:14
Sejumlah warga mendatangi Bank BRI di Jakarta untuk mendapatkan Banpres Produktif untuk Usaha Mikro (BPUM) sebesar 1,2 juta, Senin (26/4/2021). Program bernama Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) itu ditargetkan bisa menyalurkan ke 12,8 juta penerima selama tahun 2021. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Antrian Warga Ambil BLT UMKM (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkap fakta bahwa ada penerima bantuan produktif usaha mikro (BPUM) yang tak sesuai kriteria yang nilainya mencapai Rp 1 triliun.

Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2020, tercatat sebanyak 418.947 penerima BPUM tidak sesuai kriteria. Hal ini bisa saja terjadi karena ada ketidaksesuaian data di lapangan.

Buktinya adalah penerima BPUM tidak tepat sasaran. Mulai dari penerima BPUM berstatus ASN, penerima BPUM bukan badan usaha mikro, NIK tidak sesuai hingga ada di antaranya yang sudah meninggal dunia.

BPK juga menemukan adanya dana tambahan subsidi bunga atau margin kredit usaha rakyat (KUR) pada bank penyalur sebesar Rp 132,6 miliar belum disalurkan.

Carut marut data UMKM menjadi penyebab munculnya permasalahan ini. Hal ini diakui oleh Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim yang mengatakan ada beberapa faktor ketidaktepatan penerima BPUM antara lain, belum adanya satu data/database tunggal terkait dengan UMKM.

Selain itu waktu pendataan dan penyaluran yang sangat terbatas sebagai dampak adanya pandemi Covid-19, sehingga dibutuhkan kecepatan penyaluran kepada UMKM yang terkena dampak.

"Oleh sebab itu, verifikasi atau pengecekan data terus menerus dilakukan," tegasnya.

Terkait dengan data, pada dasarnya Indonesia memiliki peluang besar dalam konsolidasi data UMKM melalui pembentukan Holding Ultra Mikro, yang merupakan integrasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Salah satu keuntungan penggabungan tiga perusahaan adalah mampu menggabungkan database nasabah dan calon nasabah ketiga perusahaan yang merupakan UMKM. Tentunya, nanti dengan adanya aksi korporasi ini akan menciptakan sinergi dan nilai tambah bagi BBRI, Pegadaian, PNM dan UMKM itu sendiri.

Dikatakan pula bahwa sinergi-sinergi baru akan diciptakan dari aksi korporasi ini dimana perseroan akan mampu mencapai pertumbuhan kredit yang lebih lagi pasca integrasi ultra mikro ini.

Selanjutnya Senior Analis Sucor Sekuritas, Edward Lowis juga mengatakan, penggabungan ini akan sangat bagus untuk segmen ultra mikro. Sebab, ada lebih dari 60 juta bisnis UMKM yang bisa digarap.

"PNM, Pegadaian bergabung akan ada nilai tambah, terutama dari segi cost of fund, operasional cost turun. Aset yield akan tumbuh, semakin masuk ke aset mikro akan tumbuh, NIM BRI akan tumbuh. Prospek BRI akan luar biasa," tegasnya.

Dengan adanya aksi korporasi ini, nasabah BBRI berpotensi untuk melejit. Dari publikasi perseroan per Juni 2021 BBRI memiliki 120 juta nasabah tabungan dan 13 juta nasabah pinjaman. Sedangkan menurut rilis Pegadaian, entitas finansial tersebut memiliki 17 juta nasabah, terakhir PNM memiliki nasabah sebanyak 9 juta orang.

Adanya tambahan nasabah dari Pegadaian dan PNM yang akan dilayani oleh BRI, maka total nasabah BRI akan mencapai 159 juta nasabah atau meningkat 19,5%.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PP Holding Ultra Mikro, Jalan Pemberdayaan Ekonomi Wong Cilik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular