
Problem Garuda: Rugi Rp35 T sampai Pensiun Dini 1.099 Pegawai

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) saat ini tengah berupaya untuk melakukan upaya penyelamatan perusahaan.
Dalam kondisi pandemi di mana jumlah penumpang turun drastis, perusahaan juga masih harus bergulat dengan kinerja keuangan yang tak membaik.
Berdasarkan bahan paparan yang disampaikan perusahaan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, kemarin Senin (22/6/2021), saat ini perusahaan mengalami kerugian bersih sebesar US$ 2,50 miliar atau setara dengan Rp 35 triliun (kurs Rp 14.000/US$) dibandingkan dengan tahun 2019 yang masih mencetak laba bersih US$ 6,99 juta (Rp 98 miliar).
![]() Kinerja Garuda, DPR RI, 21 Juni 2021 |
Tahun 2019, perseroan sebetulnya berhasil mencetak laba bersih US$ 6,99 juta dibandingkan dengan tahun 2018 yakni rugi bersih US$ 259,88 juta (Rp 3,64 triliun).
Rugi bersih di 2020 tersebut dialami seiring dengan turunnya pendapatan sebesar 78% menjadi US$ 1,01 miliar atau Rp 14 triliun dari tahun 2019 sebesar US$ 4,57 miliar atau Rp 64 triliun.
Di sisi lain, EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) dengan PSAK (pedoman standar akuntansi keuangan) 2020 tercatat negatif US$ 683,4 juta, sementara EBITDA tanpa PSAK juga tercatat negatif hingga US$ 1,47 miliar.
Adapun total kewajiban Garuda di 2020 mencapai US$ 9,57 miliar atau Rp 134 triliun, dengan ekuitas negatif mencapai US$ 1,99 miliar. Bandingkan dengan 2019 di mana kewajiban baru mencapai US$ 3,74 miliar dan ekuitas masih positif sebesar US$ 720,62 juta.
Sementara itu, rugi bersih di periode 31 Mei 2021 mencapai US$ 714,8 juta (year on year) dan rugi secara month on month di Mei 2021 mencapai US$ 181,1 juta.
NEXT: Pensiun Dini
Untuk bertahan, tahun ini perusahaan membuka program program pensiun dini. Dari program ini sudah terdapat 1.099 karyawan yang mendaftarkan diri.
Perusahaan mengakui saat ini masih belum memiliki kemampuan untuk membayarkan kewajibannya kepada karyawan ini, yakni pesangon sesuai dengan aturan.
"Belum [belum ada uang pesangon]. Memang kita sepakati pada waktu kita umumkan itu adalah bahwa eksekusi pensiun dini itu disesuaikan dengan ketersediaan dana dan akan dilakukan secara bertahap jadi sampai SK [Surat Keputusan] mereka belum keluar, status karyawan tetap ada dengan hak dan kewajibannya," jelas Irfan dalam RDP tersebut.
Namun demikian, jelas Irfan, jumlah seribu lebih tersebut masih jauh dari target perusahaan. Dia menilai jumlah karyawan saat ini masih jauh dari jumlah operasional ideal, terutama untuk posisi pilot.
![]() Kinerja Garuda, DPR RI, 21 Juni 2021 |
"Sayangnya, dari ada 1.099 jumlah yang masuk, kami lihat jumlah pilot yang daftar tidak terlalu banyak."
Dengan demikian, ke depan Garuda masih akan membuka kembali opsi-opsi untuk mengurangi kembali jumlah karyawannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Ini bukan pertama kalinya perusahaan melakukan pengurangan karyawan.
Tahun lalu perusahaan juga melakukan rasionalisasi karyawan hingga 1.511 orang melalui program pensiun dini dan penyelesaian kontrak di awal (early termination).
Dari penurunan jumlah karyawan ini perusahaan bisa melakukan penurunan biaya hingga US$ 2,6 juta atau US$ 31,2 juta per tahun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Garuda: Gaji Direksi-Komisaris di Mei Dibayar Juni Ini
