
Bos Garuda: Gaji Direksi-Komisaris di Mei Dibayar Juni Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen maskapai BUMN PT Garuda Indonesia (Persero) menyatakan gaji direksi dan komisaris perusahaan untuk periode Mei 2021 kemungkinan baru akan dibayar pertengahan Juni 2021 lantaran keuangan perusahaan yang sedang memburuk.
"Contoh real Mei ini, gaji direksi dan komisaris dibayar pertengahan Juni 2021. Itu tuh masih klasifikasi yang Insyaallah," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, dalam wawancara khusus bersama CNNIndonesia.com, dikutip Rabu ini (2/6/2021).
Selain gaji seret, perusahaan juga akan memangkas beragam fasilitas untuk direksi, termasuk mobil dinas.
"Fasilitas direksi yang tidak perlu, apa segala macam, yang dulu biasa, sekarang mungkin dianggap kemewahan, yang tidak perlu kami kurangi," terang Irfan.
Dia mengatakan bahwa tidak mudah memperbaiki kinerja keuangan Garuda. Bahkan dia memproyeksi pendapatan perusahaan hanya akan mencapai US$ 56 juta atau setara dengan Rp795 miliar (kurs Rp14.200 per dolar AS) pada Mei 2021 mendatang.
Adapun utang perusahaan diestimasi mencapai Rp 70 triliun sehingga arus kas perusahaan berpotensi bermasalah.
"Memperbaiki ini berat. Tidak gampang. Utang yang kami miliki dan proyeksi pendapatan tidak mudah. Segala macam bantuan kami harapkan dari semua pihak," ungkap Irfan.
Selain itu, perseroan juga akan mengurangi jumlah maskapai yang disewa. Saat ini, jumlah armada yang disewa mencapai 142 armada.
"Kami monitor terus, [kebutuhannya] bisa di bawah 100 armada. Ini angka dinamis yang memaksa kami untuk memonitor terus terkait keperluan apa yang paling pas. Kebutuhan pesawat turun jadi infrastruktur di belakangnya tidak perlu sebanyak ini. Jadi memang betul kami sosialisasikan, sudah ada yang daftar," ujar Irfan.
Saat ini, berdasarkan catatannya, lebih dari 100 karyawan sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti program pensiun dini. Irfan berharap prosesnya bisa berjalan dengan lancar.
"Modelnya karyawan daftar, nanti efektifnya tergantung manajemen dan dana yang tersedia," kata Irfan.
Sebelumnya, salah satu komisaris Garuda Indonesia, Peter F Gontha, mengajukan pemberhentian pembayaran gaji mulai bulan Mei 2021. Hal ini sebagai upaya untuk meringankan beban finansial yang saat ini dihadapi Garuda.
Hal ini disampaikan Peter melalui surat terbuka yang ditujukan kepada Dewan Komisaris Garuda Indonesia dan tembusan kepada Direktur Keuangan GIAA.
"Demi sedikit meringankan beban perusahaan, untuk segera, mulai bulan Mei 2021, yang memang pembayarannya ditangguhkan, memberhentikan pembayaran honorarium bulanan kami sampai rapat pemegang saham mendatang," kata Peter, dalam surat bernomor GARUDA/ANGGOTA-DEKOM-2021 tersebut.
Peter yang mengunggah surat tersebut di Facebook pribadinya, menambahkan, dengan permohonan tersebut diharapkan ada keputusan yang jelas dan mungkin bisa menjadi contoh bagi yang lain agar sadar akan kritisnya keadaan perusahaan.
Beberapa pertimbangan mantan Duta Besar Indonesia untuk Polandia ini mengajukan pemberhentian pembayaran honorarium lantaran kondisi perusahaan kian lama bertambah kritis.
Beberapa penyebab kondisi tersebut antara lain, pertama, tidak adanya penghematan biaya operasional, antara lain GHA.
Kedua, tidak adanya informasi mengenai cara dan narasi negosiasi dengan lessor (penyewa pesawat). Ketiga, tidak adanya evaluasi atau perubahan penerbangan untuk rute yang merugi.
Keempat, cashflow manajemen yang tidak dapat dimengerti. Kelima, keputusan yang diambil oleh Kementerian BUMN secara sepihak tanpa koordinasi dan tanpa melibatkan Dewan Komisaris.
"Keenam, saran komisaris yang oleh karenanya tidak diperlukan. Ketujuh, aktivitas komisaris yang oleh karenanya hanya 5-6 jam per minggu," ungkap Peter Gontha.
CNBC Indonesia sudah menghubungi Dirut Irfan Setiaputra berkaitan dengan update mengenai strategi bertahan yang dilakukan, juga konfirmasi kepada Triawan Munaf, Komisaris Utama GIAA tetapi hingga kini belum ada informasi tambahan.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rombak Direksi & Komisaris, Ini Rencana Garuda Berikutnya!