
Maskapai 'Amputasi' Karyawan, Perusahaan Kecil Bergelimpangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi maskapai saat ini sudah 'berdarah-darah' kesulitan bertahan di masa pandemi. Tidak hanya maskapai besar, maskapai penerbangan skala kecil juga sudah banyak yang tutup.
Hanya beberapa maskapai penerbangan komersial yang beroperasi di Indonesia terdaftar sebagai perusahaan terbuka. Seperti Garuda Indonesia (GIAA) tercatat merugi, begitu juga dengan Air Asia (CMPP). Dari kedua perusahaan itu belum merilis laporan keuangan terbaru pada 2020, tapi pada kuartal III 2020 sama-sama menorehkan kerugian.
Garuda belum lama ini menerapkan strategi efisiensi dengan menawarkan program pensiun dini bagi karyawan. Sedangkan Sriwijaya Air menawarkan skema pengunduran diri sukarela bagi pekerjanya yang dirumahkan.
Pengamat Penerbangan AIAC Arista Atmadjati, mengakui keuangan maskapai saat ini sudah banyak yang sakit. Pengurangan karyawan tidak terelakkan untuk bertahan di masa pandemi, guna menekan biaya operasional perusahaan.
"Rata-rata armada yang disediakan maskapai paling banter 40% yang ada, beberapa maskapai bahkan sudah tidak terbang, seperti Transnusa. Di dunia juga sama Philippine Air juga bangkrut Singapore Airlines rugi, padahal selama ini untung," kata Arista kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/5/2021).
Ariesta menjelaskan rata-rata penurunan penumpang akibat pandemi mencapai 80%. Sedangkan pendapatan maskapai sangat tergantung dari pergerakan masyarakat. Sehingga sulit untuk mempertahankan bisnis di sektor udara saat pandemi.
"Tidak hanya maskapai besar, tapi yang kecil juga. Justru maskapai kecil yang sulit bertahan. Sudah ada juga beberapa yang tutup seperti Transnusa itu," jelasnya.
Arista menjelaskan salah satu strategi untuk bertahan bagi maskapai dalam masa sekarang dengan meningkatkan angkutan barang/logistik. Pesawat komersial penumpang juga diperbolehkan mengangkut barang melalui surat edaran Ditjen Perhubungan Udara No. 17/2020 Tentang pesawat konfigurasi penumpang yang digunakan untuk mengangkut kargo di dalam kabin penumpang.
Dari aturan membuat maskapai diizinkan mengubah konfigurasi pesawat penumpang menjadi angkutan kargo. Sehingga maskapai besar juga mulai membesarkan pendapatan dari porsi kargo.
Data Badan Pusat Statistik Indonesia hingga Januari - Maret 2021 angkutan udara domestik berhasil memberangkatkan sebanyak 6,9 juta orang,masih turun 58,68% dibanding periode sama tahun lalu. Sementara penumpang international turun 96% menjadi 124,4 ribu orang yoy.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Angkut Cuma 2-3 Penumpang, Ramai-Ramai Maskapai Batal Terbang