Soal Pensiun Dini Karyawan, Bos Garuda Buka-bukaan Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyebutkan saat ini tengah melakukan program pensiun dini terhadap karyawannya yang memenuhi kriteria dan persyaratan program tersebut. Langkah ini diambil sejalan dengan upaya pemulihan kinerja perusahaan untuk menjadi lebih sehat.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan situasi pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini, mengharuskan perusahaan melakukan langkah penyesuaian aspek supply dan demand di tengah penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang terjadi secara signifikan.
"Perlu kiranya kami sampaikan bahwa program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria. Kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat kami upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi saat ini, yang tentunya senantiasa mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak, dalam hal ini karyawan maupun perusahaan," kata Irfan dalam keterangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin (24/6/2021).
Untuk itu perusahaan akan memastikan bahwa hak pegawai yang akan mengambil program tersebut akan dipenuhi sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku serta kebijakan perjanjian kerja yang disepakati antara karyawan dan perusahaan.
Irfan melanjutkan, melalui program ini perusahaan berupaya untuk memberikan kesempatan kepada karyawan yang ingin merencanakan masa pensiun sebaik mungkin, khususnya bagi mereka yang memiliki prioritas lain di luar pekerjaan, maupun peluang karir lainnya di luar perusahaan.
"Ini merupakan langkah berat yang harus ditempuh Perusahaan. Namun opsi ini harus kami ambil untuk bertahan ditengah ketidakpastian situasi pemulihan kinerja industri penerbangan yang belum menunjukkan titik terangnya di masa pandemi Covid-19 ini," tandasnya.
Hingga kini belum ada laporan keuangan 2020. Per September 2020, pandemi Covid-19 kembali membuat Garuda kembali membukukan kerugian mencapai US$ 1,07 miliar (Rp 15,58 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$) pada akhir kuartal ketiga 2020 lalu.
Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya perusahaan telah membukukan laba bersih senilai US$ 122,42 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, faktor utama kerugian ini lantaran pendapatan yang turun drastis mencapai 67,83% year on year (YoY) menjadi sebesar Rp 1,13 miliar (Rp 16,51 triliun) pada akhir September lalu. Turun dari pendapatan di akhir September 2019 yang senilai US$ 3,54 miliar.
Penurunan paling besar terjadi pada pendapatan penerbangan berjadwal yang turun menjadi US$ 917,28 juta dari sebelumnya US$ 2,79 juta.
[Gambas:Video CNBC]
Kebut Restrukturisasi, Garuda Indonesia Rugi Rp 35 T di 2020
(tas/tas)