
IHSG-Rupiah Nyungsep Karena Corona, RI Kudu Tiru India!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) jadi topik utama di pasar keuangan Indonesia hari ini. Lonjakan kasus positif membuat investor kurang nyaman menanamkan modal di pasar keuangan Ibu Pertiwi.
Pada awal Sesi I perdagangan hari ini, Senin (21/6/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 1,58% pada pukul 09:21 WIB. Beberapa menit sebelumnya, koreksi IHSG nyaris menyentuh 2%.
Belum 30 menit perdagangan saham dibuka, investor asing sudah melakukan aksi jual. Pada pukul 09:24 WIB, nilai jual bersih investor asing tercatat Rp 18,03 miliar di pasar reguler.
Arus modal keluar (capital outflow) ini kemudian berdampak ke nilai tukar rupiah. Pada pukul 09:25 WIB, rupiah melemah 0,21% di hadapan dolar Amerika Serikat di mana US$ 1 dibanderol Rp 14.400.
Sepertinya investor (dan seluruh rakyat Indonesia) cemas melihat perkembangan pandemi virus corona. Per 20 Juni 2021, jumlah pasien positif corona tercatat 1.989.909 orang. Bertambah 13.737 orang (0,7%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Tambahan pasien positif 13.737 orang dalam sehari adalah yang tertinggi sejak 30 Januari 2021. Sementara laju pertumbuhan 0,7% menjadi yang tercepat sejak 23 Februari 2021.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 9.562 orang dalam sehari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.773 orang per hari.
Selama dua pekan terakhir, pertumbuhan pasien positif adalah 0,5% saban harinya. Lebih cepat daripada rerata dua minggu sebelumnya yakni 0,32% per hari.
Tidak hanya itu, angka kasus aktif pun melejit. Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, apakah di fasilitas kesehatan maupun karantina mandiri. Data ini memberi gambaran seberapa berat beban yang ditanggung oleh sistem pelayanan kesehatan di suatu negara.
Per 20 Juni 2021, jumlah kasus aktif corona di Indonesia adalah 142.719 orang. Ini adalah yang tertinggi sejak 10 Maret 2021.
![]() corona |
"Kasus Covid-19 kembali meningkat tajam. Tingkat okupansi rumah sakit di Jakarta sudah melewati 75%. Ini meningkatkan risiko pengetatan akan kembali diberlakukan," kata Gareth Leather, Ekonom Senior Asia di Capital Economics, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> India Kebut Vaksinasi