Bursa Asia Anjlok! Nikkei Ambruk hingga 3%, Hang Seng Jatuh

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
21 June 2021 08:50
People stand in front of an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Tuesday, Dec. 3, 2019. Asian shares slipped Tuesday, following a drop on Wall Street amid pessimism over U.S.-China trade tensions. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia dibuka di zona merah pada perdagangan awal pekan Senin (21/6/2021), di tengah ambruknya indeks Nikkei Jepang dan jelang pengumuman suku bunga pinjaman acuan China periode Juni 2021.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,66%, bahkan pada sekitar pukul 07:30 WIB, Nikkei sempat ambruk hingga 3%. Pada pukul 08:31 WIB, Pelemahan Nikkei makin parah, yakni ambruk hingga 3,16%.

Berikutnya Hang Seng Hong Kong ambruk 1,3%, Shanghai Composite China melemah 0,38%, Straits Times Singapura merosot 0,85%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,68%.

Pasar saham Jepang terpantau ambruk parah pada pagi hari ini menyusul komentar hawkish dari bank sentral Amerika Serikat (AS).

Saham ritel Uniqlo Fast Retailing Co. dan saham perbankan SoftBank Group Corp., dua saham dengan bobot terberat di Nikkei 225 menjadi kontributor terbesar penurunan indeks pada pagi hari ini.

Indeks S&P 500 dan komoditas turun pada Jumat (18/6/2021) akhir pekan lalu, di tengah prospek kebijakan moneter AS yang kurang akomodatif. Risiko inflasi dapat menjamin dimulainya kenaikan suku bunga tahun depan,

"Mengingat pasar saham Jepang minim katalis positif di dalam negeri, tidak mengherankan menyebabkan investor mengambil keuntungan atau memotong kerugian, Namun Nikkei masih berada di level tertinggi multi-year dan valuasi belum terlalu murah, koreksi ini mungkin sehat." kata Takeo Kamai, kepala layanan eksekusi di CLSA Securities Japan Co, dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, investor di Asia akan memantau pengumuman suku bunga pinjaman acuan terbaru China yang akan diumumkan pada pukul 09:30 waktu setempat atau pukul 08:30 WIB hari ini.

Konsensus Reuters memperkirakan tidak ada perubahan pada suku bunga pinjaman acuan China kali ini, baik yang bertenor satu tahun maupun yang bertenor lima tahun.

Beralih ke AS, Bursa saham Wall Street kompak memerah pada penutupan perdagangan Jumat (18/6/2021) akhir pekan lalu, seiring para investor khawatir bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mungkin mulai menaikkan suku bunga lebih cepat dari rencana sebelumnya.

Indeks Dow Jones merosot 1,58% ke posisi 33.290,08, S&P 500 anjlok 1,31% menjadi 4.166,45, dan Nasdaq Composite tergerus 0,92% ke 14.030,38.

Kepercayaan investor pada posisi mereka saat ini awalnya dipengaruhi oleh pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), di mana the Fed memproyeksikan kenaikan suku bunga akan terjadi lebih cepat dari yang diantisipasi.

Bank sentral AS ini juga mengisyaratkan telah mencapai titik di mana pihaknya dapat mulai berbicara tentang pengurangan stimulus besar-besaran (tapering off).

Sentimen negatif lainnya muncul dari presiden Federal Reserve St. Louis Jim Bullard, yang mengatakan bahwa dia termasuk di antara tujuh pejabat yang memprediksi kenaikan suku bunga mulai tahun depan untuk menahan inflasi negeri Paman Sam.

Inflasi, dan bagaimana bank sentral AS mengendalikannya pascapandemi, telah menjadi perhatian utama para investor menjelang pertemuan kebijakan the Fed, yang berakhir pada hari Rabu (16/6/2021) lalu.

"Saya tidak terkejut melihat pasar yang lumayan melakukan aksi jual. Saya tidak pernah terkejut, mengingat pergerakan kuat [indeks saham] yang kita miliki untuk jangka waktu yang lama, ketika Anda mengalami beberapa periode ambil untung (profit taking)," kata Tim Ghriskey, kepala strategi investasi di Inverness Counsel di New York.

"Minggu depan, Anda akan menyaksikan sejumlah gubernur Fed memberikan pidato, dan kita akan memiliki hal yang sama: beberapa gubernur akan lebih hawkish, dan beberapa akan lebih dovish, sehingga Anda akan melihat beberapa bolak-balik," Ghriskey menambahkan.

Sebelumnya, pada Kamis the Fed memicu koreksi besar, setelah mengindikasikan akan menaikkan suku bunga acuan dua kali pada 2023. Padahal pada Maret mereka menyebutkan baru menaikkan suku bunga acuan pada 2024.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular