Bukan Bitcoin, Ini Mata Uang Kripto Yang Meroket Nyaris 50%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 June 2021 12:00
bitcoin
Foto: Ilustrasi bitcoin (Freepik)

Gagalnya sang raja mata uang kripto, bitcoin, bertahan di atas US$ 40.000/koin menunjukkan belum masih lepas dari tekanan. Padahal, negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan kini mulai berlomba-lomba mengakui kripto, terutama bitcoin, sebagai salah satu alat pembayaran yang sah.

Dukungan kripto sebagai alat pembayaran yang sah pertama kali dilakukan oleh negara El Salvador. Negara yang berpenduduk sekitar 6,454 juta jiwa pada tahun 2019 ini resmi mengakui Bitcoin sebagai salah alat pembayarannya pada Rabu (9/6/2021) pekan lalu.

Tak hanya El Salvador yang mulai mengadopsi bitcoin ke dalam mata uangnya, beberapa negara di Amerika Tengah dan Selatan juga mulai mengikuti jejak El Salvador. Adapun negara-negara tersebut yakni Paraguay dan Panama, dan mungkin beberapa negara lainnya di kawasan.

Meski demikian, bitcoin masih belum mampu melaju lagi, malah berisiko semakin merosot.

Pada 19 Mei lalu, harga bitcoin menyentuh level US$ 30.000/koin, yang merupakan level terendah sejak 28 Januari lalu. Setelahnya, bitcoin bisa rebound meski pada akhirnya kembali merosot. Kemarin, harga bitcoin menyentuh US$ 31.025/BTC, berdasarkan data Refinitiv.

"Saya percaya bitcoin masih akan turun makin dalam dari posisi saat ini," tulis analis dari BiotechValley dalam sebuah catatan yang dikutip Cointelegraph, Rabu (26/5/2021). "Saya pikir bitcoin perlahan akan turun dan membentuk dead cat bounce," tambahnya.

idrFoto: Refinitiv

Dead cat bounce merupakan analisis teknikal yang menunjukkan berlanjutnya tren penurunan. Suatu aset dikatakan mengalami dead cat bounce ketika harganya merosot, kemudian perlahan berbalik naik seolah-olah akan bangkit. Tetapi setelahnya malah kembali merosot.

Analis tersebut memperkirakan harga bitcoin berisiko merosot hingga ke US$ 15.000-US$ 16.000/BTC.

Dead cat bounce akan menjadi nyata jika harga bitcoin menembus ke bawah US$ 30.000/BTC. Kabar buruknya lagi, bitcoin kini juga dibayangi death cross.

Death cross merupakan perpotongan indikator rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50) dengan rerata pergerakan 100 hari (MA 100) serta 200 hari (MA 200). Dimana MA 50 memotong MA 100 dan MA 200 dari atas ke bawah, yang sudah terjadi jika melihat pergerakan bitcoin pada grafik harian.

Alhasil, risiko kemerosotan bitcoin kini semakin besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular