Bukan Bitcoin, Ini Mata Uang Kripto Yang Meroket Nyaris 50%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 June 2021 12:00
Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Art Rachen on Unsplash)
Foto: Ilustrasi cryptocurrency (Photo by Art Rachen on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat kembali ke atas US$ 40.000/BTC, harga bitcoin berbalik membukukan pelemahan lima hari beruntun, hingga perdagangan Minggu (20/6/2021) pagi. Alhasil, dalam tujuh hari terakhir, bitcoin kembali melempem.

Berdasarkan data Coin Market Cap pada pukul 8:15 WIB, dalam tujuh hari terakhir, harga bitcoin melemah 0,69% ke US$ 35.642,65/BTC atau sekitar Rp 512 juta per koin (kurs Rp 14.370/US$).

Meski bitcoin sedang melempem, tetapi beberapa mata uang kripto berhasil mencatat penguatan tajam. AMP menjadi mata uang kripto yang mencatat kenaikan nyaris 50% dalam tujuh hari terakhir. Di waktu yang sama dengan bitcoin, AMP diperdagangkan di level US$ 0,08708/koin atau Rp 1.251,34/koin.

Pada 16 Juni lalu, AMP mencatat rekor tertinggi sepanjang masa US$ 0,1211/koin atau Rp 1.740,207/koin.

AMP meroket di pekan ini setelah dimasukkan dalam daftar Coinbase.

Akibat kenaikan tajam di pekan ini kapitalisasi pasar AMP melonjak. Pada 16 Mei lalu AMP berada di urutan ke 224, kini dengan kapitalisasi pasar sekitar US$ 3,7 miliar AMP berada di urutan ke 28 mata uang kripto.

Di urutan kedua top gainer kripto di pekan ini ada XinFin Network yang mencatat kenaikan 44,64% ke US$ 0,07201/koin atau Rp 1.034,78/koin.

Kapitalisasi pasar XinFin Network saat ini nyaris US$ 884 juta, dan berada di urutan ke 82 mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Urutan tiga besar diisi oleh Theta Fuel, harganya melesat 39,31% di pekan ini ke US$ 0,6016/koin atau Rp 8.644,99/koin. Theta Fuel berada di urutan ke 30, dengan kapitalisasi pasar sekitar US$ 3,19 miliar.

Melengkapi lima besar, ada Quant yang menguat 36,02% dan Fantom naik 28,85% dalam tujuh hari terakhir.

Sementara itu, mata uang kripto dengan kinerja terburuk dalam 7 hari terakhir yakni Kusama yang merosot 26,72% ke US$294,6/koin atau Rp 4.233,402/koin.

Penurunan tajam tersebut membuat kapitalisasi pasar Kusama merosot menjadi kurang dari US$ 2,5 miliar, dan berada di urutan ke 43.

Internet Computer (ICP) menjadi mata uang kripto dengan kinerja terburuk kedua setelah jeblok 17,71% ke US$ 50,22/koin atau Rp 721.661,4/koin. Meski demikian, kapitalisasi pasar ICP masih cukup besar, nyaris US$ 6,5 miliar yang membuatnya berada di urutan ke 20.

Siacoin, BitTorrent, dan Maker melengkapi 5 besar mata uang kripto dengan kinerja terburuk dalam 7 hari terakhir.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Dead Cat Bounce dan Death Cross Masih Hantui Bitcoin

Gagalnya sang raja mata uang kripto, bitcoin, bertahan di atas US$ 40.000/koin menunjukkan belum masih lepas dari tekanan. Padahal, negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan kini mulai berlomba-lomba mengakui kripto, terutama bitcoin, sebagai salah satu alat pembayaran yang sah.

Dukungan kripto sebagai alat pembayaran yang sah pertama kali dilakukan oleh negara El Salvador. Negara yang berpenduduk sekitar 6,454 juta jiwa pada tahun 2019 ini resmi mengakui Bitcoin sebagai salah alat pembayarannya pada Rabu (9/6/2021) pekan lalu.

Tak hanya El Salvador yang mulai mengadopsi bitcoin ke dalam mata uangnya, beberapa negara di Amerika Tengah dan Selatan juga mulai mengikuti jejak El Salvador. Adapun negara-negara tersebut yakni Paraguay dan Panama, dan mungkin beberapa negara lainnya di kawasan.

Meski demikian, bitcoin masih belum mampu melaju lagi, malah berisiko semakin merosot.

Pada 19 Mei lalu, harga bitcoin menyentuh level US$ 30.000/koin, yang merupakan level terendah sejak 28 Januari lalu. Setelahnya, bitcoin bisa rebound meski pada akhirnya kembali merosot. Kemarin, harga bitcoin menyentuh US$ 31.025/BTC, berdasarkan data Refinitiv.

"Saya percaya bitcoin masih akan turun makin dalam dari posisi saat ini," tulis analis dari BiotechValley dalam sebuah catatan yang dikutip Cointelegraph, Rabu (26/5/2021). "Saya pikir bitcoin perlahan akan turun dan membentuk dead cat bounce," tambahnya.

idrFoto: Refinitiv

Dead cat bounce merupakan analisis teknikal yang menunjukkan berlanjutnya tren penurunan. Suatu aset dikatakan mengalami dead cat bounce ketika harganya merosot, kemudian perlahan berbalik naik seolah-olah akan bangkit. Tetapi setelahnya malah kembali merosot.

Analis tersebut memperkirakan harga bitcoin berisiko merosot hingga ke US$ 15.000-US$ 16.000/BTC.

Dead cat bounce akan menjadi nyata jika harga bitcoin menembus ke bawah US$ 30.000/BTC. Kabar buruknya lagi, bitcoin kini juga dibayangi death cross.

Death cross merupakan perpotongan indikator rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50) dengan rerata pergerakan 100 hari (MA 100) serta 200 hari (MA 200). Dimana MA 50 memotong MA 100 dan MA 200 dari atas ke bawah, yang sudah terjadi jika melihat pergerakan bitcoin pada grafik harian.

Alhasil, risiko kemerosotan bitcoin kini semakin besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular