Bursa Asia Mulai Bergairah, tapi Shanghai-STI Masih Loyo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
18 June 2021 08:44
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia dibuka beragam cenderung menguat pada perdagangan Jumat (18/6/2021), setelah bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup beragam mayoritas melemah pada Kamis (17/6/2021) waktu setempat.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,36%, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,08%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,24%.

Sementara untuk indeks Shanghai Composite China dan Straits Times Singapura dibuka melemah pada hari ini. Indeks saham Negeri Panda dibuka melemah 0,14%, sedangkan indeks saham Negeri Singa start terkoreksi 0,28%.

Investor di Asia, terutama di Jepang sedang menanti kebijakan moneter terbaru dari bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ),termasuk keputusan suku bunganya acuan terbarunya yang akan diumumkan pada pukul 12:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB.

Masih dari Jepang, data inflasi Negeri Sakura pada periode Mei 2021 telah dirilis pada pagi hari ini.

Berdasarkan data dari Trading Economics dan pemerintah setempat melaporkan inflasi Jepang yang dicerminkan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Mei tercatat naik ke -0,1% secara tahunan (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 di level -0,4%.

Secara bulanan (month-on-month/MoM), IHK Negeri Sakura pada Mei juga naik menjadi 0,3%, dari sebelumnya pada April lalu di level 0,1%. Adapun untuk IHK inti Jepang tercatat naik tipis menjadi 0,1% (YoY).

Beralih ke AS, bursa saham New York (Wall Street) mayoritas berakhir di zona merah pada perdagangan Kamis (17/6/2021), karena investor masih khawatir melihat perubahan rencana pengetatan moneter bank sentral AS dan kenaikan proyeksi inflasi sementara klaim pengangguran memburuk.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,62% ke level 33.823,45, S&P 500 turun tipis 0,04% ke 4.221,93. Sementara untuk Nasdaq Composite berakhir melesat 0,87% ke posisi 14.161,35.

Saham-saham komoditas AS tertekan karena suku bunga yang tinggi akan menekan reli pasar komoditas, sementara China berusaha menekan harga komoditas dunia untuk mencegah lonjakan inflasi.

"Komoditas telah menjadi investasi populer tahun lalu karena investor telah mengoleksinya untuk lindung nilai terhadap inflasi. Kemungkinan banyak investor yang terpengaruh dengan hasil rapat The Fed dan respon dolar AS memicu mereka menimbang-nimbang ulang," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group, kepada CNBC International.

Namun, saham teknologi AS malah diburu oleh investor. Saham Tesla melompat 1,9%, Amazon melesat 2,2% sedangkan Facebook loncat 1,6%.

Tak hanya saham teknologi, saham perbankan seperti Wells Fargo dan Citigroup juga naik karena kenaikan Fed Funds Rate bagi perbankan berarti kenaikan margin keuntungan yang bisa didapatkan ke depannya.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim tunjangan pengangguran pekan lalu sebesar 412.000 unit, atau bertambah dari posisi sepekan sebelumnya 375.000, dan masih lebih buruk dari ekspektasi Dow Jones sebanyak 360.000.

Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) juga memperkirakan inflasi tahun ini bakal lebih tinggi dari perkiraan semula, menjadi 3,4% atau jauh di atas target jangka panjangnya sebesar 2%. Inflasi yang tinggi ini menjadi pemicu The Fed menjadi lebih agresif (hawkish) menaikkan suku bunga.

Powell tak memberikan acuan mengenai kapan pengurangan pembelian (tapering) obligasi dari pasar sekunder bakal dimulai. Dia hanya menyatakan bahwa pemulihan ekonomi terus dipantau dan akan membuat "pemberitahuan awal" sebelum mengumumkan kebijakan tersebut.

Bagi legenda hedge fund, David Tepper kepada CNBC International, The Fed sudah melakukan kebijakan yang bagus dan "pasar saham masih baik-baik saja untuk sekarang." Faktanya, indeks S&P 500 hanya terpaut 1% dari level tertinggi sepanjang masa.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular