Mayday...Mayday! Harga Emas Jeblok ke Bawah US$ 1.800

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2021 17:05
Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemerosotan harga emas dunia masih berlanjut pada perdagangan Kamis (17/6/2021) hingga menembus ke bawah US$ 1.800/troy ons. Pelaku pasar seakan belum puas melakukan aksi jual, padahal kemarin logam mulia ini sudah anjlok hingga 2,5%. Bahkan, jika dilihat lebih ke belakang, emas sudah jeblok dalam 4 hari beruntun dengan total 4,5%.

Melansir data Refinitiv, harga emas sore ini turun lagi 0,7% ke US4 1.799,7/troy ons, sebelum pulih dan berada di kisaran US$ 1.806/troy ons pada pukul 16:28 WIB. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan emas akan merosot lagi lebih dalam, sebab perdagangan hari Kamis masih berlangsung hingga sesi Amerika Serikat (AS) dan berakhir pada Jumat dini hari.

Apalagi, rebound emas terjadi setelah menyentuh level psikologis US$ 1.800/troy ons yang biasanya memang menjadi support kuat. Analisis teknikal di Kitco juga menunjukkan hal yang serupa. Area US$ 1.800 dianggap support yang kuat, sebab volume transaksi yang rendah di kisaran area tersebut.

idrFoto: Refinitiv

Jika level tersebut ditembus, emas dikatakan berisiko turun menuju US$ 1.760/US$.

Harga emas dunia mengalami tekanan hebat setelah bank sentral AS (The Fed) yang mengindikasikan akan suku bunga bisa naik 2 kali di tahun 2023, dalam pengumuman kebijakan moneter dini hari tadi.

Hal tersebut terlihat dari Fed Dot Plot, dimana 13 dari 18 anggota melihat suku bunga akan dinaikkan pada tahun 2023. 11 diantaranya memproyeksikan dua kali kenaikan.
Proyeksi kenaikan suku bunga tersebut lebih cepat ketimbang perkiraan yang diberikan bulan Maret lalu, dimana mayoritas melihat suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2024.

Selain itu, dalam Fed Dot Plot terbaru, ada 7 anggota yang memproyeksikan suku bunga bisa naik pada tahun 2022.

idrFoto: Refinitiv

Artinya, jika perekonomian AS semakin membaik, ada kemungkinan suku bunga akan naik tahun depan, jauh lebih cepat dari proyeksi sebelumnya.

Kenaikan suku bunga membuat emas menjadi tidak menarik, sebab merupakan aset tanpa imbal hasil.

Selain itu, pasca pengumuman kebijakan moneter tersebut, indeks dolar AS kemarin melesat 0,65% dan berlanjut lagi 0,57% sore ini. Penguatan dolar AS tersebut memberikan pukulan ganda bagi harga emas.

Sementara itu tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) masih belum terjawab. Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini tidak menyebutkan mengenai masalah tapering, tetapi menyiratkan sudah mendiskusikan hal tersebut.

Namun, jika suku bunga akan dinaikkan lebih cepat dari sebelumnya, artinya tapering juga kemungkinan besar akan lebih cepat, terjadi di semester II tahun ini. Apalagi The Fed juga menaikkan proyeksi inflasi tahun ini menjadi 3,4% dari sebelumnya 2,4%.

"Jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun 2023, mereka harus mulai melakukan tapering lebih cepat untuk mencapai target tersebut. Tapering dalam laju yang moderat kemungkinan akan memerlukan waktu selama 10 bulan, sehingga perlu dilakukan di tahun ini, dan jika perekonomian menjadi sedikit panas, maka suku bunga bisa dinaikkan lebih cepat lagi," kata Kathy Jones, kepala fixed income di Charlers Schwab, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (17/6/2021).

Tapering juga merupakan musuh utama emas. Pernah terjadi pada tahun 2013, saat itu harga emas dunia anjlok tajam.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Kaget Kalau Harga Emas Meroket Malam Ini Gan! Tapi...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular