Kaget oleh Sikap The Fed, Bursa Eropa Ikut Ambruk di Opening

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 June 2021 15:31
London Stock Exchange
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa melemah pada pembukaan perdagangan Kamis (17/6/2021), merespons negatif sinyal bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari ekspektasi.

Indeks Stoxx 600 melemah 0,3% pada pembukaan diperberat oleh koreksi saham sektor infrastruktur, sehingga indeks saham utilitas anjlok 1,1% memimpin koreksi sementara saham perbankan melompat 2% menyambut prospek kenaikan suku bunga acuan tersebut.

Selang 30 menit, indeks berisi 600 saham unggulan Eropa ini masih tertekan 1,7 poin (-0,36%) ke 458,19. Indeks DAX Jerman surut 23,2 poin (-0,15%) ke 15.687,38 dan CAC Prancis turun 8,6 poin (-0,13%) ke 6.644,09. Indeks FTSE turun 23,8 poin (-0,33%) menjadi 7.161,13.

Pergerakan tersebut mengikuti tren di bursa Eropa yang juga bergerak variatif merespons data perdagangan China per Mei. Negeri Panda melaporkan ekspor bulan lalu melesat 27,9% secara tahunan atau sedikit di bawah ekspektasi analis dalam polling Reuters sebesar 32,1%.

Sentimen pasar global didominasi oleh reaksi negatif atas hasil rapat Federal Reserve (The Fed) di mana bank sentral terkuat di dunia tersebut menaikkan ekspektasi inflasi pada tahun 2021 dan memperkirakan penaikan suku bunga acuan bisa dilakukan secepatnya pada 2023.

Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) tak mengubah suku bunga acuannya (Fed Funds Rate) di level mendekati nol, yakni 0-0,25%, tetapi mengindikasikan bahwa kenaikan bisa terjadi secepatnya pada 2023.

Padahal pada Maret lalu, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan setidaknya sampai dengan 2024. Dokumen dot plot yang menunjukkan ekspektasi anggota FOMC mengindikasikan bahwa kenaikan bisa terjadi dua kali pada 2023.

Bursa saham AS anjlok menyusul pernyataan The Fed tersebut, dan saat ini kontrak berjangka (futures) bursa saham AS anjlok di awal sesi pra-pembukaan, sementara mayoritas bursa saham di Asia Pasifik mengalami tekanan.

Powell juga tak memberikan acuan mengenai kapan pengurangan pembelian (tapering) obligasi dari pasar sekunder bakal dimulai. Dia hanya menyatakan bahwa pemulihan ekonomi terus dipantau dan akan membuat "pemberitahuan awal" sebelum mengumumkan kebijakan tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Eropa Menguat di Sesi Awal Perdagangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular