Dampak Tapering Diramal Tak Akan Dahsyat, Tapi Tetap Waspada

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
17 June 2021 14:40
The Fed Beri Sinyal Kenaikan Bunga Acuan Lebih Cepat dari 2023
Foto: The Fed Beri Sinyal Kenaikan Bunga Acuan Lebih Cepat dari 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diminta untuk bisa mengantisipasi dari wacana The Fed untuk mempercepat rencana kenaikan suku bunga acuan. Suku bunga seven days repo rate (BI7DRR) BI diharapkan bisa mulai disesuaikan.

Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai, pada hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulan Juni ini, BI diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5%.

Kendati demikian, melihat perkembangan ekonomi dunia, BI diharapkan tidak seterusnya mempertahankan suku bunga yang rendah tersebut.

"Untuk saat ini masih masa konsolidasi dan masih cenderung dipertahankan, dan melihat inflasi mulai meningkat, gak bisa seterusnya juga kondisinya rileks, pada akhirnya bisa mempengaruhi ke indikator proyeksi ekonomi yang lain, kalau tidak mengantisipasi," jelas David kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/6/2021).

David pun mengungkapkan bahwa, jika tapering off dari The Fed terjadi lebih cepat, dampaknya ke Indonesia tidak akan separah seperti taper tantrum yang terjadi pada 2013.

"Kemungkinan gejolak tetap ada, tapi tidak signifikan seperti 2013. SBN yang sumber vulnerability karena dimiliki asing dan keluar dari Emerging Market, termasuk Indonesia sudah tinggal 23%, yang tadinya 40%. Peranan mereka sekarang lebih kecil," kata David melanjutkan.

Di sisi lain, proyeksi kebijakan The Fed menurut Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira, rupiah perlu dijaga agar tidak melemah cukup dalam, karena momentum kebangkitan industri dan pemulihan konsumsi bisa terdampak dari melemahnya kurs rupiah.

Impor bahan baku yang lebih mahal akan beratkan pelaku usaha dan pada ujungnya terpaksa menyesuaikan harga di level konsumen. Inflasi tinggi dari sisi pasokan menjadi lebih cepat dari perkiraan.

Oleh karena itu, menurut Bhima BI harus menaikkan suku bunga acuan hingga 25-50 basis poin (bps).

"Kenaikan bunga acuan BI memang kabar buruk bagi pelaku usaha yang sedang menunggu bank mengabulkan permintaan kredit baru. Tapi di tengah pilihan sulit, tanpa pre-emptive naikan bunga 25-50 bps kita akan melihat tragedi 2013 terulang. Taper tantrum bukan main main dampaknya," jelas Bhima kepada CNBC Indonesia.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Ramal Ekonomi Global Tumbuh 5,7% Tapi Ada Ancaman Serem

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular