Asing Obral Saham Bank Besar, Bikin IHSG Terpuruk Saat Dibuka

Putra, CNBC Indonesia
17 June 2021 09:32
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan apresiasi 0,25% ke level 6.063,53. Selang 25 menit IHSG terpantau lanjunt menghijau 0,40% ke level 6.054,68 pada perdagangan awal pekan Kamis (10/6/21).

Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 2,1 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 13 miliar di pasar reguler.

Asing melakukan pembelian di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 32 miliar dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 30 miliar.

Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dilego Rp 16 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang dijual Rp 10 miliar.

Usai pengumuman ditahanya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada dini hari tadi, kini giliran Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan arah kebijakan moneter ke depannya terkait dengan kebijakan suku bunga acuan (7-Day Reverse Repo Rate/7DR3).

Konsensus pasar yang dihimpunCNBC Indonesiamemperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan di level 3,5%. Sebanyak 13 institusi keuangan terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut dan tidak ada yang memiliki proyeksi yang berbeda.

Di tengah ketakpastian arah kebijakan moneter global ke depan, maka yang terpenting untuk dilakukan adalah memperkuat posisi yang sedang dipertahankan. Bersikap agresif dengan maju bakal memicu risiko besar, demikian pula bersikap defensif alias mundur. Oleh karenanya, pasar tidak perlu berekspektasi akan ada "kebijakan liar" yang bakal diambil Kantor Thamrin.

Sepanjang pandemi, BI 7-Day Reverse Repo Rate yang kala itu masih berada di 5% sudah terpangkas menjadi 3,5%, atau terendah dalam sejarah suku bunga acuan Indonesia. Artinya, BI sudah memotong suku bunga acuan sebanyak 150 basis poin (bp).

Sampai saat ini dampaknya terhadap perekonomian belum terlihat, dalam arti masih ada tekanan pertumbuhan ekonomi seperti yang terlihat pada kuartal I-2021, di mana Produk Domestik Bruto (PDB) nasional masih terkontraksi 0,74%. Oleh karena itu, bakal terlalu dini jika bank sentral menaikkan suku bunga acuan.

Sebaliknya, memangkas suku bunga acuan juga bakal berdampak buruk terhadap pergerakan Mata Uang Garuda karena secara psikologis membuat pemodal global kurang tertarik untuk mengoleksi obligasi di Tanah Air.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular