Analisis Teknikal

The Fed Bikin Syok, Awas IHSG Jeblok ke Bawah 6.000!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2021 07:55
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,17% pada perdagangan Rabu kemarin, setelah sempat menguat 0,41%. Pelemahan IHSG berisiko berlanjut pada perdagangan hari ini, Kamis (17/6/2021), bahkan bisa saja merosot tajam ke bawah level psikologis 6.000. Sebab, isu tapering bank sentra Amerika Serikat (AS) akhirnya terjawab dini hari tadi.

Dalam pengumuman kebijakan moneternya, bank sentral AS (The Fed) tidak menyebutkan mengenai tapering. Tetapi, yang mengejutkan The Fed justru menunjukkan suku bunga akan naik pada 2023, tidak hanya sekali tetapi dua kali di tahun tersebut. Proyeksi terbaru tersebut lebih cepat ketimbang yang diberikan bulan Maret lalu yakni kenaikan suku bunga pertama dilakukan di 2024.

Jika suku bunga akan dinaikkan lebih cepat dari sebelumnya, artinya tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) juga kemungkinan besar akan lebih cepat, terjadi di semester II tahun ini.

"Jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun 2023, mereka harus mulai melakukan tapering lebih cepat untuk mencapai target tersebut. Tapering dalam laju yang moderat kemungkinan akan memerlukan waktu selama 10 bulan, sehingga perlu dilakukan di tahun ini, dan jika perekonomian menjadi sedikit panas, maka suku bunga bisa dinaikkan lebih cepat lagi," kata Kathy Jones, kepala fixed income di Charlers Schwab, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (17/6/2021).

Pengumuman tersebut membuat bursa saham AS (Wall Street) merosot, yang berarti direspon negatif oleh pelaku pasar. Alhasil, IHSG berisiko menyusul ke zona merah pada perdagangan hari ini.

Secara teknikal, rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 100/MA 100) kembali menghadang kenaikan IHSG kemarin, hingga berbalik melemah. Hal tersebut menunjukkan MA 100 menjadi resisten yang kuat, dan harus ditembus agar bisa melaju lebih jauh.

Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian bergerak kini mencapai wilayah overbought.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv 

Artinya, risiko IHSG merosot cukup besar, apalagi melihat kondisi fundamental pengetatan moneter The Fed yang lebih cepat dari proyeksi sebelumnya.

Support terdekat berada di kisaran 6.030, jika ditembus IHSG berisiko turun ke level psikologis 6.000. Penembusan di bawah level psikologis tersebut akan membawa IHSG merosot lebih dalam.

Sementara itu, MA 100 masih menjadi resisten yang harus dilewati IHSG agar mampu menguat menuju 6.150.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular