Wall Street Ambles Lagi, Bursa Saham Asia Berjatuhan!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
16 June 2021 08:43
People walk by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Tuesday, Dec. 3, 2019. Asian shares slipped Tuesday, following a drop on Wall Street amid pessimism over U.S.-China trade tensions. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (16/6/2021), di tengah sikap investor yang sedang memantau rilis data ekonomi regional dan keputusan terbaru terkait suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS).

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,42%, Hang Seng Hong Kong terdepresiasi 0,1%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,15%, Straits Times Singapura surut 0,09%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,03%.

Dari data ekonomi Asia, ekspor Jepang tercatat tumbuh signifikan pada Mei 2021. Berdasarkan data dari Trading Economics dan Kementerian Keuangan Jepang, ekspor Negeri Matahari Terbit tumbuh ke level 49,6%, dari sebelumnya pada April lalu di level 38%.

Angka ini lebih rendah dari ekspektasi dalam polling Reuters yang memperkirakan ekspor Jepang tumbuh ke level 51,3% pada Mei tahun ini.

Sedangkan impor Jepang pada Mei 2021 juga naik ke level 27,9%, dari sebelumnya pada April di level 12,8%. Angka pertumbuhan impor Jepang melebihi prediksi Reuters yang memperkirakan impor Jepang tumbuh ke level 26,6% pada Mei tahun ini.

Sementara itu, investor di Asia akan memantau rilis data produksi industri dan penjualan ritel China pada periode Mei yang akan dirilis pada pukul 15:00 waktu setempat atau pukul 14:00 WIB.

Beralih ke Negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (15/6/2021) waktu setempat, jelang rapat pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di tengah buruknya data penjualan ritel sementara inflasi dari sisi produsen meningkat.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,27% menjadi 34.299,33 sementara S&P 500 surut 0,2% ke 4.246,59 dan Nasdaq merosot 0,71% ke 14.072,86. Saham Apple, Alphabet (induk usaha Google), Amazon dan Microsoft kompak melemah.

Saham pengembang properti dan teknologi tercatat menjadi penyeret pergerakan bursa Wall Street, meski saham sektor energi melesat hingga 2,1%. Saham Exxon Mobil, misalnya, melesat 3% jelang rilis data minyak Energy Information Administration (EIA) hari ini.

Pemicu koreksi bursa saham AS tak lain adalah penjualan ritel AS pada periode Mei yang anjlok 1,3% atau lebih buruk dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang mengestimasikan koreksi sebesar 0,7%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat AS belum sepenuhnya pulih meski inflasi meningkat.

Sementara itu, inflasi ke depan-yang tercermin dari indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) per Mei berpeluang tumbuh. Indeks PPI dilaporkan naik 6,6% yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah.

Angka itu melampaui proyeksi pasar dalam polling Trading Economics yang mengestimasikan angka 6,4%. Secara bulanan, PPI menguat 0,8% yang juga lebih tinggi dari estimasi pasar berdasarkan polling Dow Jones yang berada di level 0,6%.

Di sisi lain, pelaku pasar menanti kebijakan The Fed yang bakal mengakhiri rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) pada malam hari ini.

Bank sentral terkuat di dunia tersebut diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga, tetapi pasar memantau komentar para pejabatnya seputar inflasi dan kemungkinan pengurangan pembelian (tapering) surat berharga di pasar sekunder.

"Tak harus tapering, semakin lama mereka menahan bicara, ketidakseimbangan pasar pun meningkat... risiko tapering dan data inflasi tinggi dan kabar seputar RRP/IOER sepertinya akan membuat rapat The Fed kali ini cenderung lunak," tutur George Goncalves, Kepala Perencana Makro MUFG, seperti dikutip CNBC International.

Salah seorang bos pengelola dana di Wall Street Paul Tudor Jones menilai Jerome Powell bisa kehilangan tahtanya sebagai Ketua The Fed jika dia salah mengambil kebijakan dan memicu aksi jual besar-besaran di pasar dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular