Jelang Rapat FOMC, Bursa Eropa Dibuka Menguat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 June 2021 14:52
Seorang pedagang saham bereaksi di bursa saham di Frankfurt, Jerman, 23 Maret 2018. REUTERS / Kai Pfaffenbach
Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa menguat pada pembukaan perdagangan Selasa (15/6/2021) di tengah antisipasi investor atas rapat pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dimulai malam nanti.

Indeks Stoxx 600 yang berisi 600 saham unggulan Eropa naik 0,3% di pembukaan, dengan indeks saham sektor kimia menguat 0,9% sementara indeks saham sektor minyak dan gas melemah 0,6%.

Selang 15 menit, reli indeks Stoxx 600 menjadi 1,75 poin (+0,38%) ke 460,07. Indeks FTSE Inggris naik 32,9 poin (+0,46%) menjadi 7.179,62 dan CAC Prancis bertambah 29,9 poin (+0,45%) ke 6.646,24. Bahkan, indeks DAX Jerman melesat 96,2 poin (+0,61%) ke 15.769,85.

Pergerakan positif bursa Eropa tersebut mengikuti tren di Asia Pasifik yang mayoritas menguat dengan bursa Australia dan Jepang memimpin reli kawasan. Sementara itu, kontrak berjangka (futures) indeks saham AS menguat tipis.

Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menggelar rapat pada Selasa dan Rabu, dan diperkirakan tak akan mengubah kebijakan moneternya ataupun mengurangi pembelian surat berharga di pasar.

Namun demikian, pasar bakal memantau komentar para pejabat bank sentral untuk melihat apakah ada sinyal kekhawatiran melihat inflasi yang telah menyentuh 5% dan peluang dikuranginya pembelian obligasi dari pasar sekunder (tapering).

Salah seorang bos pengelola dana di Wall Street Paul Tudor Jones menilai Jerome Powell bisa kehilangan tahtanya sebagai Ketua The Fed jika dia salah mengambil kebijakan dan memicu aksi jual besar-besaran di pasar dunia.

"Jika mereka di jalur yang benar dengan berkata 'kami menerima data masuk, sudah menyelesaikan misi dan mulai menyelesaikan misi pembukaan lapangan kerja secepatnya' maka akan ada taper tantrum," tutur Jones sebagaimana dikutip CNBC International.

Investor bakal mencermati data inflasi selanjutnya, yakni indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) per Mei yang akan menjadi titik konfirmasi apakah pertumbuhan inflasi sebesar 5% bulan lalu itu masih berpeluang berlanjut, atau melandai.

Proyeksi Tradingeconomics menunjukkan bahwa PPI diprediksi sedikit meningkat menjadi 6,4% dari periode April sebesar 6,2%. Secara bulanan, PPI diperkirakan tumbuh 0,5% pada Mei, sama seperti hasil polling Dow Jones.

PPI merupakan indikator kenaikan inflasi di tingkat produsen, yang pada ujungnya akan dibebankan kepada konsumen selaku pembeli akhir. Otomatis, tingkat Indeks Harga Konsumen (IHK) alias inflasi bakal meningkat pula.

Dari Eropa, pelaku pasar bakal memantau rilis angka pengangguran Inggris per April, data inflasi Jerman, Italia dan Prancis per Mei sertai data neraca perdagangan zona euro per April.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Eropa Dibuka Variatif, Inggris Melemah Usai Rilis PDB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular