Mohon Arahan Pak Jokowi! 'Hantu' Gentayangan Ancam Ekonomi RI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 June 2021 16:30
Antrean Truk di Jalan Tol
Ilustrasi Truk Kontainer (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Semakin lama ekonomi belum dibuka seperti masa sebelum pandemi, maka akan semakin berat tekanan yang dialami oleh sejumlah sektor. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengidentifikasi sejumlah sektor yang terpukul paling dahsyat oleh pandemi, misalnya transportasi dan perdagangan.

Saat yang lain perlahan sudah pulih, dua sektor ini masih tertinggal. Keduanya baru bisa 'tinggal landas' setelah aktivitas ekonomi sudah dibuka sepenuhnya, 100%, seperti masa pra-pandemi.

Masalahnya, dua sektor itu punya paparan atau eksposur yang tinggi di sistem perbankan nasional. Per akhir Maret 2021, total penyaluran kredit perbankan adalah Rp 9.279,98 triliun. Dari jumlah itu, Rp 940,7 triliun (10,14%) dialokasikan ke sektor perdagangan dan Rp 277,33 triliun (2,99%) ke sektor transportasi. Jadi keduanya menyumbang 13,13% dari total penyaluran kredit perbankan.

Saat bisnis perdagangan dan transportasi lesu digebuk pandemi, maka kemampuan bayar pengusahanya tentu terpukul. Ini kemudian memunculkan masalah baru yaitu kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL).

Pada Maret 2021, nilai NPL di sektor perdagangan adalah Rp 42,48 triliun atau 4,51%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4,71% dan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 4,01%.

Sementara di sektor transportasi, nilai NPL pada Maret 2021 adalah Rp 6,89 triliun atau 2,84% dari total penyaluran kredit ke sektor ini. Rasio NPL itu naik dibandingkan April 2021 yang sebesar 2% dan April 2020 yakni 2,18%.

Ini adalah masalah yang tidak bisa disepelekan. Ketika sistem perbankan terpapar oleh risiko peningkatan NPL, maka dampaknya bisa menjalar ke seluruh sistem keuangan. Sebab, perbankan masih sangat dominan di sistem keuangan Indonesia.

Halaman Selanjutnya --> The Fed Bikin Tegang

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular