
The Fed Diramal Masih "Kalem", Rupiah ke Rp 14.000an/US?

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Rupiah perkasa sepanjang pekan lalu, menguat 0,71% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.188/US$ yang merupakan level penutupan terkuat sejak 25 Februari.
Rupiah sedang mendapat tenaga dari optimisme Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini, sementara itu dolar AS menanti kejelasan tapering bank sentral AS (The Fed).
Isu tapering akan sedikit lebih jelas di pekan ini, sebab The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Rupiah berpeluang besar menguat, sebab banyak analis melihat The Fed belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat.
Jika The Fed mengkonfirmasi hal tersebut, rupiah tentunya bisa melesat, tidak menutup kemungkinan mendekati Rp 14.000/US$.
CNBC International melaporkan The Fed kemungkinan sudah mulai mendiskusikan tapering di bulan ini atau bulan depan. Meski demikian, pengumuman kapan tapering akan dilakukan baru akan dilakukan pada bulan September atau November. Dan tapering pertama akan dilakukan pada Desember tahun ini atau Januari tahun depan.
Hasil survei dari Reuters terhadap para ekonomi juga hampir sama. Dari 50 ekonom yang disurvei, sebanyak 26% memperkirakan The Fed akan mengumumkan tapering pada bulan Agustus saat pertemuan Jackson Hole. Kemudian 32% memprediksi pengumuman baru akan dilakukan bulan September, dan 42% memperkirakan setelah September.
"Kami memperkirakan akan mendengar petunjuk lebih jelas pada pertemuan Jackson Hole jika The Fed mulai membahas mengenai tapering dan akan semakin berkembang di bulan September saat rapat kebijakan moneter," kata James Knightley, kepala ekonom internasional di ING, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (11/6/2021).
Kemudian, survei yang sama menunjukkan 58% atau 26 dari 45 ekonom memperkirakan tapering akan mulai dilakukan pada kuartal I-2021.
Sementara untuk besarnya, The Fed diperkirakan akan mengurangi QE sebesar US$ 20 miliar dari US$ 120 miliar per bulan.
Selain itu, The Fed juga akan mencegah terjadinya gejolak di pasar finansial akibat tapering atau yang dikenal dengan istilah taper tantrum seperti yang terjadi di tahun 2013.
The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke mengeluarkan wacana tapering pada pertengahan 2013 dan mulai mengurangi QE sebesar US$ 10 miliar per bulan dimulai pada Desember, hingga akhirnya dihentikan pada Oktober 2014.
Pengumuman tapering di pertengahan 2013 tersebut memicu taper tantrum, yield obligasi (Treasury) melesat naik, aliran modal kembali ke Negeri Paman Sam, dolar AS menjadi sangat perkasa. Alhasil, terjadi gejolak di pasar finansial global.
The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell kali ini akan berusaha menghindari taper tantrum. Salah satu pemicu taper tantrum pada 2013 adalah pengumuman tapering yang mengejutkan pasar. Artinya pasar belum mengantisipasi hal tersebut.
Kali ini, The Fed akan berusaha terus memberikan update mengenai kebijakan moneter yang akan diambil, sehingga pasar lebih siap menghadapi tapering.
Halaman Selanjutnya >>> Analisis Teknikal