Internasional

Jackpot! Fintech Paylater Ini Disuntik Investor Gojek Rp 9 T

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
11 June 2021 17:10
People walk by a SoftBank shop in Tokyo, Monday, Nov. 9, 2020. Japanese technology company SoftBank Group Corp. said Monday it restored its profitability in the last quarter as its investments improved in value. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: SoftBank (AP/Koji Sasahara)

Jakarta CNBC Indonesia - Perusahaan financial technology (fintech) asal Swedia Klarna menyatakan telah berhasil menghimpun dana senilai US$ 639 juta atau setara dengan Rp 8,94 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.000) dalam putaran pendanaan baru yang dipimpin oleh perusahaan investasi asal Jepang, SoftBank, Kamis (11/6/2021).

Dilansir CNBC International, Klarna adalah salah satu penyedia layanan "beli-sekarang-bayar-nanti" atau buy-now-pay-later terbesar, yang memungkinkan orang membiayai pembelian belanja mereka tanpa bunga selama periode cicilan bulanan.

Layanan ini menjadi sangat populer sejak pandemi Covid-19 dimulai pada tahun lalu. Valuasi Klarna saat ini diperkirakan sebesar US$ 45,6 miliar (Rp 638,40 triliun).

Suntikan dana terbaru di Klarna ini, yang dipimpin oleh Vision Fund 2 SoftBank, mengukuhkan statusnya sebagai unicorn fintech top Eropa dan perusahaan rintisan (start-up) fintech dengan valuasi terbesar setelah perusahaan software finansial Stripe.

Selain SoftBank, yang juga menginjeksikan dananya ke penyedia layanan ride-hailing Tanah Air Gojek (sekarang di bawah Grup GoTo), investor institusi lainnya yang ikut serta dalam pendanaan terbaru ini ialah Adit Ventures, Honeycomb Asset Management dan WestCap Group.

"Konsumen terus menolak kredit revolving yang sarat bunga dan biaya dan saat ini lebih memilih debit sambil secara bersamaan mencari pengalaman ritel yang lebih memenuhi kebutuhan mereka," kata Sebastian Siemiatkowski, pendiri dan CEO Klarna dalam pernyataannya.

"Alternatif yang lebih transparan dan nyaman sejalan dengan preferensi konsumen global yang terus berkembang dan mendorong pertumbuhan di seluruh dunia," tambahnya.

Klarna, yang didirikan pada 2005 silam, menggembar-gemborkan dirinya sebagai alternatif kartu kredit.

Tetapi saat ini Klarna telah menghadapi pengawasan yang semakin ketat di Inggris, di mana pemerintah menyerukan aturan baru untuk mengawasi sektor paylater.

Klarna menghasilkan uang dengan mengambil biaya (fee) dari pedagang setiap kali pelanggan melakukan transaksi. Perusahaan mengklaim, pedagang yang menggunakan layanannya cenderung mengalami peningkatan penjualan.

Dua di antara pesaing Klarna saat ini termasuk Afterpay dari Australia dan Affirm, perusahaan fintech Amerika milik salah satu pendiri PayPal Max Levchin.

Sepanjang tahun lalu, Klarna membukukan rekor pendapatan tahunan sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 17 triliun. Namun, kerugian juga naik 50% menjadi sekitar US$ 109,2 juta atau Rp 1,5 triliun seiring peningkatan biaya yang terkait dengan ekspansi internasional perusahaan.

Investasi terbaru Klarna ini menandai serangkaian investasi besar terbaru ke sektor teknologi Benua Biru Eropa.

Perusahaan produsen baterai Swedia Northvolt mengatakan, pada minggu ini, perusahaan telah mengumpulkan dana sebesar US$ 2,75 miliar dalam putaran yang membuat valuasi perusahaan mencapai US$ 11,75 miliar.

Tahun lalu menandai rekor untuk perusahaan teknologi Eropa, dengan start-up di benua itu mengumpulkan dana US$ 52 miliar, menurut Pitchbook. Per 7 Juni, perusahaan rintisan Eropa telah mengumpulkan US$ 45 miliar sejak awal tahun ini.

"Uang internasional masuk ke Eropa," Hans Otterling, mitra umum di Northzone dan investor awal di Klarna, mengatakan kepada CNBC International.

"Untuk Silicon Valley, talent pool (pangkalan bakat) telah menipis selama beberapa waktu. Kami memiliki talent pool yang besar di Eropa," imbuhnya.

Selain nama-nama di atas, masih ada sederet investor Klarna lainnya, termasuk raksasa fintech China Ant Group, rapper AS Snoop Dogg dan ASAP Rocky.

Siemiatkowski mengatakan kepada CNBC International pada awal tahun ini bahwa Klarna berencana untuk melantai di bursa (listing) paling cepat pada tahun ini. Perusahaan baru-baru ini mempekerjakan mantan eksekutif HSBC Niclas Neglen sebagai chief financial officer (CFO).

Siemiatkowski menyarankan perusahaan dapat melantai melalui sistem direct listing, seperti perusahaan penyedia jasa musik streaming Spotify.

Asal tahu saja, direct listing adalah proses di mana perusahaan dapat go public dengan menjual saham yang ada alih-alih menawarkan yang baru.

Klarna terkena kasus pelanggaran data (data breach) pada bulan lalu, setelah penggunanya melaporkan bahwa mereka secara tidak sengaja masuk ke akun orang lain.

Menanggapi kasus tersebut, perusahaan untuk sementara menutup aplikasinya.

Dalam sebuah postingan blog, Klarna mengatakan masalah tersebut, yang mempengaruhi lebih dari 9.500 pengguna, adalah bug yang disebabkan oleh "kesalahan manusia," dan telah "menginformasikan kepada pihak berwenang yang sesuai."


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gojek-Tokped Resmi 'Kawin', Ini Investor Kakap di Balik GoTo!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular