Ikuti Tren Global, Bursa Eropa Dibuka Variatif Cenderung Naik

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 June 2021 14:34
The German share prize index DAX board is photographed early afternoon on the day of the Brexit deal vote of the British parliament in Frankfurt, Germany, January 15, 2019. REUTERS/Kai Pfaffenbach
Foto: Frankfurt Stock Exchange (DAX) (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa dibuka variatif cenderung menguat pada perdagangan Jumat (11/6/2021) setelah pelaku pasar global mengabaikan kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang mencapai 5%.

Indeks Stoxx 600 yang berisi 600 saham unggulan Eropa naik 0,2% pada pembukaan, ditopang indeks saham komoditas dasar yang melesat 1,1% sementara indeks sektor perbankan melemah 0,6%.

Selang 15 menit kemudian, reli indeks Stoxx 600 menjadi 0,7 poin (+0,15%) ke 455,25. Indeks FTSE menguat 26,6 poin (+0,37%) menjadi 7.114,74 dan CAC Prancis tumbuh 12,2 poin (+0,19%) ke 6.558,69. Sebaliknya, indeks DAX Jerman surut 11,95 poin (-0,08%) ke 15.559,27.

Pasar saham di Asia Pasifik cenderung sepi meski indeks S&P 500 di AS mencetak rekor tertinggi baru. Siang ini, kontrak berjangka (futures) indeks saham AS juga flat di sesi pra-pembukaan.

Departemen Tenaga Kerja mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Mei mencapai angka 5% secara tahunan, menjadi yang tercepat sejak 2008. Inflasi inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi, menguat 3,8% atau yang tercepat dalam 3 dekade.

Kenaikan inflasi tersebut dipengaruhi harga mobil bekas yang naik lebih dari 7%, dan menyumbang sepertiga pertumbuhan IHG, menurut BLS. Kenaikan ini merupakan fenomena sesaat terkait dengan pandemi dan suplai mobil bekas.

Angka ini jauh di atas polling ekonom oleh Dow Jones yang mengestimasikan angka 4,7%. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebelumnya memperkirakan kenaikan inflasi tidak akan terjadi secara permanen, karena hanya ditopang oleh stimulus.

Di sisi lain, klaim tunjangan pengangguran baru per pekan lalu mencapai 376.000 unit, atau mirip dengan estimasi Dow Jones sebesar 370.000. Ini masih merupakan level yang terendah di era pandemi.

"Dari data yang ada, kontribusi kuat muncul dari sektor yang pulih cepat sejak pembatasan sosial terkait pandemi dilonggarkan," tutur Charlie Ripley, perencana investasi senior Allianz Investment Management, seperti dikutip CNBC International.

Hal tersebut, lanjut dia, membuktikan bahwa tekanan inflasi tidak berlangsung lama melainkan disumbang sektor yang terkait dengan arus suplai barang yakni mobil dan truk. Ekonom dalam polling Reuters memperkirakan The Fed baru mengumumkan pengurangan pembelian obligasi di pasar pada Agustus atau September, dan diikuti pemangkasan pembelian obligasi awal 2022.

Dari Eropa, Inggris melaporkan pertumbuhan ekonomi 2,3% secara bulanan pada April, atau lebih baik dari ekspektasi. Meski demikian, angka tersebut masih 3,7% di bawah level pra-pandemi pada Februari 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Abaikan Isu Margin Call AS, Bursa Eropa Kompak Dibuka Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular