Tunggu Angka Inflasi AS, Bursa Eropa Melemah di Sesi Awal

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 June 2021 14:46
A trader works as screens show market data at CMC markets in London, Britain, December 11, 2018. REUTERS/Simon Dawson
Foto: Seorang pedagang bekerja sebagai layar menunjukkan data pasar di pasar CMC di London, Inggris, 11 Desember 2018. REUTERS / Simon Dawson

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa melemah pada pembukaan perdagangan Senin (7/6/2021), di tengah penantian investor global terhadap angka inflasi di Amerika Serikat (AS).

Indeks Stoxx 600 melemah 0,1% pada pembukaan dan selang 10 menit kemudian, indeks berisi 600 saham unggulan Eropa ini masih tertekan 0,45 poin (-0,1%) ke 450,56. Indeks DAX Jerman surut 20,6 poin (-0,13%) ke 15.672,28 dan CAC Prancis turun 13,5 poin (-0,21%) ke 6.502,19. Namun, indeks FTSE bertambah 8,5 poin (+0,12%) menjadi 7.077,54.

Pergerakan tersebut mengikuti tren di bursa Eropa yang juga bergerak variatif merespons data perdagangan China per Mei. Negeri Panda melaporkan ekspor bulan lalu melesat 27,9% secara tahunan atau sedikit di bawah ekspektasi analis dalam polling Reuters sebesar 32,1%.

Dari Amerika Serikat (AS), kontrak berjangka (futures) indeks saham cenderung flat setelah investor melihat data ketenagakerjaan terbaru mengindikasikan adanya perbaikan, sementara inflasi masih berpotensi meninggi.

Angka pengangguran AS per Mei membaik menjadi 5,8% dari posisi April sebesar 6,1%, sementara penyerapan tenaga kerja baru mencapai 559.000 pada bulan tersebut. Angka tersebut dinilai moderat, karena menunjukkan pemulihan ekonomi tanpa harus mengetatkan moneter.

Selanjutnya, pelaku pasar bakal memantau rilis indeks harga konsumen (IHK) per Mei pada Kamis. Inflasi April melesat 4,2% secara tahunan, menjadi laju yang tercepat sejak 2008. Jika inflasi terus menguat, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mulai mengetatkan kebijakan moneternya.

Investor juga terus memantau kesepakatan negara G-7 terkait dengan reformasi pajak secara global, menyerukan perlunya perusahaan-perusahaan besar lintas-negara membayar pajak minimal sebesar 15% dari laba mereka.

Mayoritas perusahaan teknologi global seperti Facebook dan Google menyetujui kesepakatan G-7 tersebut, mengingat angka itu masih lebih rendah dari proposal Presiden AS Joe Biden yang semula menginginkan tarif pajak 21%.

Di Benua Biru, pelaku pasar bakal memantau data pengangguran Swiss periode Mei, data pesanan industri Jerman per April dan data inflasi Russia per Mei.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Abaikan Isu Margin Call AS, Bursa Eropa Kompak Dibuka Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular