
Ternyata Ada AS-Libya di Balik Anyepnya Harga Minyak Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren kenaikan harga minyak mentah sedikit terhambat dengan adanya beberapa sentimen negatif yang membuat harga si emas hitam melemah hari ini, Kamis (10/6/2021).
Baik kontrak Brent maupun West Texas Intermediate (WTI) keduanya ambles 0,8%. Pada 10.45 WIB, harga kontrak Brent berada di US$ 71,62/barel dan kontrak WTI di US$ 69,4/barel.
Di awal tahun harga minyak masih di kisaran US$ 50/barel. Kini harga si emas hitam sudah tembus US$ 70/barel. Artinya sepanjang tahun 2021, harga minyak mentah sudah mengalami kenaikan 40%.
Sentimen negatif pertama yang membuat harga minyak tertekan adalah data stok Amerika Serikat (AS). Lembaga pemerintah yang mengurusi bidang data energi AS yakni EIA melaporkan stok minyak mentah AS turun tajam sebesar 5,2 juta barel minggu lalu. Angka riil tersebut jauh lebih besar dari perkiraan analis di 2 juta barel saja.
Seharusnya data ini menggembirakan. Namun kenyataannya tidak semua stok minyak turun. EIA melaporkan stok bensin AS justru naik hingga 7 juta barel minggu lalu. Padahal di pekan sebelumnya kenaikannya hanya 1,5 juta barel dan perkiraan analis hanya naik 0,7 juta barel saja.
Artinya permintaan terhadap bahan bakar di AS tak seperti yang diharapkan. Selama ini pelaku pasar cenderung optimis bahwa musim panas akan meningkatkan kebutuhan bahan bakar karena juga bertepatan dengan musim mengemudi. Namun kenyataannya tak semudah itu.
"Pasar optimis pada permintaan karena AS memasuki puncak musim mengemudi musim panas," kata analis dari ANZ Research dalam sebuah catatan pada hari Kamis, sebagaimana dikabarkan Reuters.
"Percepatan dalam vaksinasi (virus corona) dan peningkatan jumlah lalu lintas merupakan nilai tambah untuk permintaan bahan bakar transportasi. Namun, data ini menyoroti bahwa itu tidak akan menjadi jalan yang mulus untuk pemulihan."
Sentimen negatif kedua adalah Waha Oil Co Libya bertujuan untuk kembali meningkatkan produksi minyak ke level normal pada setelah memperbaiki kebocoran pada pipa yang mengurangi lebih dari setengah produksi minyak perusahaan.
Setelah Iran kini giliran Libya yang berpeluang membanjiri pasar dengan pasokan minyak di saat pandemi Covid-19 belum usai dan prospek permintaan masih tak pasti.
Di India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, permintaan bahan bakar merosot pada Mei ke level terendah sejak Agustus tahun lalu akibat serangan gelombang kedua Covid-19 yang menghambat mobilitas.
Ketiga sentimen tersebut membuat harga minyak mentah mengalami koreksi pada perdagangan hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libya Bikin Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi Sebulan