
Ada Bank 'Mini' IPO di Harga Premium Rp 4.000, Kemahalan Gak?

Jadi apakah memang saham Bank Mas tergolong mahal?
Bagaimana prospek Bank Mas untuk menjadi target pembelian startup?
Apakah mungkin akan ada aksi korporasi lanjutan?
Sejatinya mahal atau tidaknya suatu saham bukan ditentukan dari nominal harga saham tersebut akan tetapi dari valuasinya, karena bisa saja nominal saham tersebut tergolong besar akan tetapi valuasinya tergolong murah.
Bagaimana dengan valuasi saham Bank Mas?
Well, karena harga penawaran Bank Mas masih belum ditentukan maka Tim Riset CNBC Indonesia mencoba menghitung valuasi Bank Mas pasca IPO berdasarkan 3 skenario di mana apabila Bank mas melantai dengan harga penawaran sebesar Rp 3.000/unit, Rp 3,500/unit, dan Rp 4.000/unit.
Di ketiga harga tersebut total dana yang akan dihimpun oleh Bank Mas sebelum dikurangi biaya emisi dan biaya lain-lain adalah masing-masing sebesar Rp 558 miliar, Rp 651 miliar, dan Rp 744 miliar sehingga total ekuitas Bank Mas pasca-IPO masing-masing berada di angka Rp 2,44 triliun, Rp 3,09 triliun, Rp 3,84 triliun.
Selanjutnya, Tim Riset CNBC Indonesia menghitung nilai buku Bank Mas setelah IPO akan berada di kisaran masing-masing Rp 1,972/unit, Rp 2.497/unit, dan Rp3.097/unit di ketiga skenario tersebut.
Dengan demikian, valuasi Bank Mas menggunakan metode PBV (price to book value) alias harga saham dibandingkan dengan nilai bukunya masing-masing berada di angka 1,52 kali, 1,40 kali, dan 1,29 kali. Tergolong wajar tentunya apabila membandingkan dengan PBV rata-rata industri perbankan di angka 1,7 kali.
Sedangkan secara valuasi harga dibandingkan dengan laba bersihnya alias PER (price to earnings ratio), maka valuasi PER Bank Mas di ketiga skenario masing-masing sebesar 16 kali, 19 kali, dan 22 kali. Lagi-lagi masih tergolong wajar mengingat rata-rata PER industri perbankan berada di angka 24 kali.
Meskipun valuasi PER terlihat wajar sejatinya laba Bank Mas di tahun 2020 melesat karena munculnya pos laba komprehensif lain-lain yakni perubahan nilai wajar efek tersedia untuk dijual senilai Rp 153 miliar yang akhirnya mendongkrak laba komprehensif Bank Mas dari Rp 127 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 226 miliar di tahun 2020.
Melihat hal ini tentu saja harga IPO Bank Mas tidak bisa dikatakan mahal dan bahkan tergolong wajar apabila dibandingkan dengan rata-rata PBV dan PER industri perbankan dan mempertimbangkan rata-rata perbankan yang diakuisisi oleh investor lain biasanya berada di harga 1,5 kali hingga 2 kali nilai buku.
Akan tetapi apabila nantinya Bank Mas memilih untuk melantaikan sahamnya di harga Rp 3.000, spekulasi akan aksi korporasi lanjutan di Bank Mas akan menarik karena total dana yang terkumpul hanya akan mengerek ekuitas Bank Mas ke angka Rp 2,44 triliun.
Dengan begitu, masih dibawah batas modal inti yang disyaratkan oleh OJK di angka Rp 3 triliun per akhir 2022 sehingga kemungkinan perseroan masih harus melakukan aksi korporasi lanjutan.
Aksi korporasi lanjutan ini tentunya bisa berupa suntikan modal dari pemegang saham pengendali ataupun kedatangan investor strategis baru yang masuk melalui skema private placement ataupun rights issue.
Meskipun demikian perlu diingat, Bank Mas merupakan bank yang terafiliasi dengan induk yang kuat yakni Wings Group sehingga kemungkinan besar Wings Group lah yang akan menginjeksikan dana ke Bank Mas dan kecil kemungkinanya Wings Group akan merelakan Bank Mas untuk dicaplok institusi lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
